REPUBLIKA.CO.ID, MUMBAY -- Sebuah konferensi Islam yang dipimpin oleh Syed Ali Shah Geelani menduga bahwa Yakub Memon digantung karena ia adalah seorang Muslim. Sementara, mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan Muslim di India itu bisa melenggang bebas.
"Dia digantung karena ia adalah Muslim, " katanya seperti dilansir dari daily record.
Geelani mengatakan, konferensi kali ini lebih memfokuskan pada keputusan eksekusi terhadap Memon. Hukuman mati terhadap Memon dianggap aneh. Sebab, orang-orang yang kejahatannya sama dalam kerusuhan Gujarat dan Samjhauta tidak pernah dihukum. "Jika negara ini sekuler, maka laki-laki yang terlibat dalam kerusuhan Gujarat atau ledakan di masjid harus juga bernasib sama," keluhnya.
Segera setelah Memon digantung, puluhan pendukung legislator independen berkumpul di Lal Chowk dan mulai menaikkan slogan menentang hukuman mati. Polisi langsung bertindak dan menahan lebih dari 22 pengunjuk rasa bersama dengan legislator. Mereka kemudian dibebaskan.
Salah satu pimpinan protes, Rasyid, menuduh India telah mulai berubah menjadi bangsa dimana Islam dan Hindu sedang saling incar. Dia juga mempertanyakan pemerintah pusat yang selektif dalam pemberian hukuman mati. "Minoritas, terutama umat Islam di India, tidak bisa dipungkiri diperlakukan kurang adil. Dengan label mereka sebagai orang radikal dan agen Pakistan," ujarnya.
Rasyid menanyakan kenapa hanya Muslim yang digantung di India. Padahal banyak yang melakukan kejahatan yang sifatnya sama. Dia juga mempertanyakan kenapa para muslim cenderung diam. "Mereka memilih menghindar untuk menjadi non-Muslim," tegasnya. Pernyataan itu sekaligus menjadi alasan muslim India terus bertahan.