REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Putri mantan Presiden Indonesia Abdurahman Wahid atau Gusdur, Yenni Wahid, hadir di Jombang, Jawa Timur, Jumat (31/7). Yenni datang untuk membantu persiapan Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) yang digelar mulai 1 hingga 5 Agustus.
Bersama sejumlah pimpinan NU dan panitia, Yenni tampil dalam jumpa pers di alun-alun Jombang. Secara khusus, jumpa pers membahas sekilas tentang kiprah Gus Dur selama bergelut di NU dan seputar pemikiran yang ia tinggalkan untuk NU.
Diberi kesempatan berbicara, Yenni berandai-andai, jika Gus Dur masih hidup, ada tiga hal yang menurut dia akan diharapkan sang Ayah kepada NU hari ini.
“NU harus menjadi jangkar negara agar tercipta negara yang adil dan sejahtera. NU harus menjadi payung, yakni menaungi semua kepentingan politik. Dan NU harus menjadi penerang yang membimbing pemerintah,” ujar Yenni.
Sebelum Yenni, refleksi tentang Gus Dur juga diutarakan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj. Menurut Kiai Aqil, kepergian Gus Dur adalah kehilangan yang luar biasa bagi NU. Meski begitu, hal tersebut tidak boleh hanya sekadar menjadi ratapan.
Menurut Aqil, generasi setelah Gus Dur harus melanjutkan buah pemikiran dan pencapaian yang ditinggalkan Gus Dur. “Sikap Gus Dur, antara lain, adalah membumikan nilai-nilai agama, nilai-nilai langit. Bahwa ajaran agama bukan untuk Tuhan, tapi untuk manusia,” ujar Kiai Aqil yang duduk disamping Yenni Wahid.
Kiai Aqil lalu meneruskan ceritanya tentang Gus Dur dan pemikiran tokoh berjuluk Bapak Plurarisme itu. Yenni Wahid agaknya kenal dan tahu betul Kiai Aqil adalah penggemar Gus Dur dan kerap mempromosikan berbagai pemikiran sang ayah.
Tak heran, Yenni pun tak segan memberikan pujian terhadap Aqil yang akan kembali berkompetisi dalam pemilihan Ketua Umum PBNU periode 2015-2020. “Apa yang disampaikan Kiai Aqil jauh lebih mewakili tentang Gus Dur. Beliau murid Gus Dur yang sangat baik,” ujar Yenni.