REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Muslim India telah lama mengeluh. Mereka merasa didiskriminasi di semua lapisan masyarakat India yang mayoritas Hindu.
Dari data resmi, umat Islam yang tertinggal keaksaraan berjumlah 13 persen dari seluruh penduduk India. Selain itu, mereka juga mendapatkan diskriminasi pada sejumlah pekerjaan.
Sekitar 7 persen muslim India bekerja di pabrik. Kemudian 5 persen bekerja di kereta api dan sekitar 4 persen merupakan karyawan perbankkan. Sedangkan yang bekerja di kemiliteran hanya 29 ribu muslim dari 1,3 juta anggota militer India.
Berdasarkan data yang terungkap saat pemilihan tahun lalu, muslim India berjumlah 180 juta jiwa dari 1,1 miliar warga India. Ini merupakan populasi muslim terbesar ketiga setelah Indnesia dan Pakistan.
Seorang pejabat India mengungkapkan, negara semenanjung Asia ini merupakan rumah bagi 180 juta penduduk muslim. Jumlah itu, lantas diungkapkan juga oleh Deputi India Penasehat Keamanan Nasional Arvind Gupta, dalam pertemuan dengan Sheikh Ahmed el Tayeb (pemegang kursi tertinggi belajar agama di dunia sunni), Selasa lalu.
"Al-Ahar memang lembaga Internasional, dihormati oleh seluruh dunia, dan kami tertarik untuk bekerja sama dengannya. Kita bisa belajar bersama tentang visi untuk melawan ekstremisme dan terorisme," ujar Gupta, dilansir dari Onislam.net, Jumat (31/7).
Dalam pertemuan tersebut, kedua pimpinan mengulas dan membahas kondisi dunia Islam saat ini. Khususnya, peran Al-Azhar Al-Sharif dalam menangani jalannya peristiwa variable di dunia muslim. Selain itu, Gupta juga memuji langkah dan upaya Al-Azhar dalam memerangi kelompok militan ISIL.