REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dari 60 juta anak muda Indonesia, lima di antaranya berkesempatan untuk bertemu dengan Perdana Menteri Inggris David Cameron di Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK) Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (28/7).
Mereka berasal dari lima ormas pemuda, yakni M Arief Rosyid Hasan (PB HMI), Irfan Amalee (Peace Generation), Widya (Sabang Merauke Institute), Diajeng Lestari (Komunitas Hijabers), dan Fajar (Maarif Institute).
Cameron didampingi beberapa staf Kedubes Inggris di Jakarta dan Maudy Ayunda, artis muda asal Indonesia yang tengah menuntut ilmu di Inggris.
Ketua PB HMI Arief Rosyid Hasan mengatakan David Cameron datang ke Indonesia antara lain untuk sharing dengan pemuda Indonesia dalam hal meng-counter ekstrimisme.
"Menurut rencana, akan ada agenda follow up terhadap pertemuan tersebut, khususnya agenda penguatan kelompok masyarakat sipil," kata Arief kepada Republika, Rabu (29/7).
Cameron, kata Arief, juga sepakat Islam bukan agama yang mengajarkan ekstrimisme. "Cameron sepakat di beberapa agama lain juga ada kelompok yang ekstrim," tutur Arief.
Sebagai ketua umum PB HMI, kata Arief, pihaknya berpendapat pertemuan tersebut perlu dilanjutkan dalam ruang dan kesempatan yang lebih luas, terutama di kalangan pemuda.
"Aktivis dan intelektual muda dari kedua negara, yang selama ini telah bersentuhan langsung dengan usaha membangun masyarakat yang toleran, perlu diperkuat dan diberi kesempatan yang lebih besar untuk menyuarakan pikiran mereka," ujar Arief.
Dengan jalan tersebut, kata Arief, bangsa Indonesia dan Inggris dapat memainkan peran yang lebih signifikan di tingkat kawasan dan global. "Hal itu penting untuk dunia yang lebih damai dan toleran bagi masa depan kita bersama," tutur Arief Rosyid Hasan.