REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Mekanisme pemilihan Ketua Umum PP Muhammadiyah memang berbeda seperti Nahdlatul Ulama atau partai-partai politik, yakni dengan cara memilih 13 formatur.
“Selain itu, (mekanisme formatur) juga dapat mengindari konflik internal antarcalon, Juga termasuk menghindari politik uang,” Wakil Ketua Lembaga Hubungan dan Kerja Sama Internasional Muhammadiyah Muhyiddin Junaidi, Rabu (29/7).
Setelah dipilih para muktamirin, 13 formatur itu yang akan menentukan siapa yang paling pantas dan tepat untuk menjadi pemimpin tertinggi PP Muhammadiyah.
Mekanisme pemilihan tersebut, ujarnya, bisa mengurangi gesekan di arus bawah. Lantaran muktamirin tidak ikut memilih Ketua Umum PP Muhammadiyah.
Muhyiddin menilai, hal krusial lainnya yang dapat ditepis berkat mekanisme pemilihan formatur ini adalah provokasi pihak-pihak ketiga dalam proses pemilihan ketua.
Ia menuturkan, proses formatur ini juga pernah dilakukan ketika Nabi Muhammad SAW meninggal, lalu digantikan khalifah Abu Bakar. Namun ketika itu, lanjutnya, masih semi formatur. Umar bin Khattab, kata Muhyiddin, yang mulai memperkenalkan sistem formatur ini pada Islam.