REPUBLIKA.CO.ID, QUEENSLAND -- Leilah Ahmad, sulung dari dua bersaudara. Ibunya berasal dari Australia, sedangkan ayahnya asli Pakistan. Ia tidak dibesarkan dalam latar belakang agama yang kuat. Orang tua Leilah membiarkan anak-anaknya memilih agama sendiri.
Ketika akhirnya memilih Islam, itu murni pilihan Leilah. Tidak ada paksaan atau dorongan dari siapapun. Hidayah itu berawal dari keheranan Leilah melihat kebiasaan ayahnya setiap Jumat. Suatu kali, ia menyadari ayahnya pergi ke suatu tempat setiap hari Jumat.
Ia bertanya pada ibunya, "Kemana ayah pergi?" Ibunya menjawab, "Shalat Jumat." Leilah tidak tahu apa itu shalat Jumat. Ia bahkan tidak pernah tahu ayahnya Muslim. Akhirnya, Leilah memutuskan untuk bertanya langsung pada ayahnya.
Ayahnya kemudian menjelaskan apa itu shalat Jumat beserta tujuannya. Menurut ayah Leilah, shalat Jumat adalah bagian dari shalat lima waktu. Shalat Jumat dilakukan pada hari Jumat, saat Zuhur. Leilah kemudian bertanya, apakah dia bisa ikut shalat Jumat. Ayahnya mengiyakan.
Dilansir dari onislam.net, Rabu (22/7), itu menjadi kunjungan pertama Leilah ke masjid. Ayah meminta Leilah mengenakan gaun panjang, syal, dan baju lengan panjang untuk menghormati Muslim. Puluhan orang telah berkumpul di sana. Leilah merasa seperti mendapat inspirasi ketika Imam menyampaikan khutbah shalat Jumat.
Islam terasa sangat baru bagi Leilah. Ia pernah melihat Muslim lewat di jalan dan kompleks sekitar, tapi ia tidak pernah berkenalan dengan mereka. Ia bahkan tidak tahu mengapa perempuan harus memakai hijab.
Sebelum itu, Leilah sebenarnya pernah mengunjungi masjid, meski tidak benar-benar sebuah masjid. Di Cannes, kaum Muslim memiliki sebuah rumah tempat mereka mengadakan shalat dan acara keagamaan.
Pada hari pertama berkunjung ke masjid, Leilah mendengar surah Al Fil. Imam membacakan dalam bahasa Inggris dan Arab. Lantunan ayat itu terdengar sangat lembut, terutama dalam bahasa Arab. Itu membuat Leilah merasa damai.
Sejak itu, Leilah mengajukan lebih banyak pertanyaan pada ayahnya. Ia bertanya, mengapa ayahnya memilih Islam, mengapa perempuan memakai hijab, apa tujuan shalat, apa itu Alquran, apa itu Islam, dan semuanya.
Dengan sabar, ayahnya menjelaskan satu persatu. Ia bahkan menunjukkan Alquran. Leilah merasa kata-kata di dalam Alquran begitu indah. Tidak ada lagi yang bisa dibandingkan dengan itu. Ayahnya kemudian bercerita tentang Islam, mengajak dia menunaikan sholat, melafadzkan doa-doa, dan ikut merayakan lebaran. Ia membawa Leilah ke tempat orang menunaikan shalat Ied.
Leilah telah berusaha mempraktikkan ajaran Islam, tetapi ia masih membutuhkan kemantapan untuk menyatakan syahadat. Selang beberapa bulan kemudian, barulah ia memutuskan untuk menjadi Muslim. Itu keputusan akhir Leilah.
Bersama ayah dan adik laki-lakinya, Leilah pergi ke masjid dan menyatakan syahadat. Adik Leilah juga masuk Islam pada waktu yang sama. Sampai satu setengah tahun setelah itu, Leilah dan adiknya masih belajar shalat dan membaca Alquran.
Sekitar waktu-waktu itu pula, keluarga Leilah pindah ke Gold Coast, Queensland. Orang tuanya memutuskan pindah untuk memberi kesempatan anak-anaknya menjadi Muslim yang baik. Gold Coast jauh lebih kondusif dibandingkan Cannes. Kota itu juga memiliki lebih banyak populasi Muslim.
Di Cannes, ketika dia masuk Islam, Leilah kehilangan hampir semua teman lantaran kesalahpahaman persepsi mereka tentang Islam. Leilah tidak punya satu pun teman yang mendukung keislamannya. Tapi, ayah, ibu dan keluarga ayahnya sangat mendukung Leilah melalui masa-masa sulit.
Setelah ia pindah ke Gold Coast, ada lebih banyak teman Muslim di sana. Ia punya dua teman non-Muslim yang sangat hebat, dan Leilah berharap mereka akan masuk Islam suatu saat kelak.
Mereka sering ikut mendengarkan khotbah Jumat dan mengatakan khotbah itu sangat indah. Leilah senang mendengarnya. Ia berharap hidayah akan menyapa kedua temannya.
http://www.onislam.net/english/reading-islam/my-journey-to-islam/contemporary-stories/455149-parents-let-me-choose-i-chose-islam.html