REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Berdakwah di Tolikara, Papua, tidak ringan. Semua yang ada harus mengikuti keinginan penduduk setempat. "Untuk membangun tempat wudhu saja harus minta izin ke pihak Gereja Klasis Tolikara," ungkap Imam masjid Baitul Muttaqin Tolikara, Papua, Ali Muchtar dalam siaran pers yang dikirimkan Baitul Mal Hidayatullah (BMH) kepada Republika, Rabu (22/7).
Ali Muchtar (38 tahun) menetap di Tolikara sejak 2006. Hingga sekarang aktif sebagai imam Masjid Baitul Muttaqin Tolikara yang awalnya berupa mushalla.
Ali menjelaskan, awalnya mushalla tersebut ukurannya 5x5 meter. Kemudian direhab menjadi 11x11 meter. Menurut Ali, masjid ini berdiri atas swadaya masyarakat. "Sekalipun belum permanen, masjid ini menjadi satu-satunya masjid yang menjadi pusat kegiatan umat Islam di Tolikara," ujar Ali.
Masjid Baitul Muttaqin dan puluhan kios milik umat Muslim di Tolikara dibakar massa pada Jumat (17/7) pagi. Sebelumnya beredar surat edaran dari Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) yang melarang umat Muslim di Tolikara memperingati dan merayakan Idul Fitri. Dalam surat edaran tersebut juga disebutkan umat Muslim dilarang mengenakan jilbab.
Ketika umat Muslim di Distrik Karubaga, Tolikara tetap berupaya melaksanakan shalat Idul Fitri, mereka diserang. Tak hanya itu, puluhan kios dan Masjid Baitul Muttaqin dibakar.
Ali bersyukur di Tolikara ada lembaga amil zakat nasional (Laznas) seperti Baitul Mal Hidayatullah (BMH). Ia pun menyatakan siap dan bangga bisa bersinergi dengan BMH guna menguatkan dakwah di Tolikara.
Sinergisitas tersebut ditandai dengan penyerahan dana bantuan peduli dai dan imam masjid, yang selama Ramadhan digalakkan di wilayah pedalaman, kini di Tolikara. Pengumpulan dana peduli dai dan imam masjid itu digerakkan oleh BMH.
"Dengan adanya sinergis BMH bersama imam masjid Tolikara harapannya umat semakin terdorong untuk bersama-sama memajukan dakwah dan kesejahteraan umat Islam di Tolikara," papar Ali Muchtar.
Humas Pusat BMH Imam Nawawi mengatakan, sebagai Laznas, BMH siap membantu kaum Muslimin dan seluruh pihak yang peduli terhadap dakwah di Papua khususnya di Tolikara dengan sebaik-baiknya. "Terlebih BMH sudah eksis di Jayapura, sehingga memudahkan kaum Muslimin mewujudkan niatnya," tutur Imam Nawawi.