REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar ekonomi Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Euis Amalia mengatakan, masih banyak potensi zakat di Indonesia yang tidak dioptimalkan. Padahal, Indonesia disebut-sebut sebagai negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia dengan masyarakat kelas menengah yang mulai tumbuh.
Menurut Euis, ada beberapa lembaga yang pernah menghitung potensi zakat di Indonesia. UIN Jakarta memperkirakan potensi zakat Indonesia mancapai Rp 19 triliun per tahun, sedangkan lembaga PIRAC memperkirakan Rp 20 triliun.
"Bahkan Bank Pembangunan Asia memperkirakan potensi zakat Indonesia bisa mencapai Rp 100 triliun per tahun. Namun, kenyataannya, zakat yang terhimpun hanya Rp 3 triliun hingga Rp 4 triliun," ucapnya.
Euis mengatakan ada beberapa sebab potensi zakat tidak terkumpul secara maksimal. Salah satunya adalah sosialisasi pemahaman umat Islam Indonesia yang rendah terhadap zakat.
"Masih banyak yang berpikir zakat hanya dilakukan saat Ramadhan. Itu adalah zakat fitrah. Padahal masih ada zakat-zakat lain seperti zakat penghasilan dan lain-lain. Belum lagi bentuk derma lainnya seperti infak dan sedekah," tuturnya.
Selain itu, masih banyak umat Islam yang tidak menyalurkan zakatnya melalui lembaga resmi, sehingga tidak tercatat. Euis memperkirakan hal itu disebabkan kekurangpercayaan masyarakat kepada lembaga amil zakat, infak dan sedekah. "Profesionalisme dan kompetensi amil perlu ditingkatkan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat," ujarnya.