Sabtu 11 Jul 2015 10:44 WIB

Kemenag Kaji Efektivitas KBIH Layani Jamaah Haji

Calon Jamaah Haji sedang dianjarkan cara pemakaian kain ikhram di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Rabu (25/2).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Calon Jamaah Haji sedang dianjarkan cara pemakaian kain ikhram di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Rabu (25/2).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Tim Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan

Isu tentang haji saat ini telah banyak bergeser ke persoalan-persoalan material, seperti fasilitas trasportasi, pemondokan atau hotel, ketering, fasilitas kesehatan, karena sejumlah BPIH yang telah mereka bayarkan. Akibatnya persoalan esensi haji, yakni seputar pelayanan ibadah nyaris terabaikan karena tertutup oleh isu-isu material tersebut. Tidak satupun pihak yang pernah mempertanyakan, bagaimana kualitas ibadah haji para jamaah, atau siapa yang bisa menjamin sah atau tidaknya jamaah haji selama Armina.

Riset ini dilakukan di Indonesia dan Arab Saudi. Di Indonesia, riset difokuskan pada persoalan manajerial Kelompok Bimbingan Haji (KBH) dalam pelayanan ibadah, sedang di Arab Saudi rist difokuskan pada pelayanan ibadah, baik yang dilakukan KBH, TPIHI, maupun TPHD. Di Indonesia penelitian dilakukan secara kuantitatif, sedang di Arab Saudi metode penelitian menggunakan obervasi partisipasi secara moderate.

Standardisasi KBH menuju manajeman yang lebih baik diperlukan, karena hubungan KBH dengan jamaah sebenarnya berada pada hubungan patron-klien. Ketika terjadi ketidakpuasan jamaah, maka hak-hak jamaah bisa terlindungi sebagai konsumen. Total Performance Management penting diterapkan untuk melakukan sertifikasi KBH untuk dapat menjamin pelayanan prima kepada jamaah. Ini disebabkan, realitas menunjukkan 14,24persen KBH masih melanggar ketentuan biaya yang telah ditetapkan sebesar Rp 2,5 juta. Dari rerata indeks variabel, Profil Kelembagaan KBH menempati urutan tertinggi (73 persen), Operasional Lembaga (69 persen), dan terendah adalah Sumberdaya Lembaga (57 persen).

Dari variabel profil kelembagaan, dimensi paling tinggi adalah demografi KBH yang mencapai rerata 81,55 persen, sedangkan dimensi yang paling rendah adalah visi dan misi lembaga yang hanya mencapai rerata 58,70persen. Pada variabel sumber daya lembagaKBH, dimensi paling tinggi dicapai oleh dimensi constituent (pemahaman kebutuhan jemaah) yang memiliki rata-rata sebesar 62,71 persen, sedangkan dimensi leadership merupakan dimensi yang pencapaian nya paling rendah dengan rerata yang hanya mencapai 50,82 persen.

Untuk variabel terakhir yaitu operasional lembaga, dimensi result merupakan dimensi dengan pencapaian paling tinggi dengan rerata sebesar 73,84persen dikarenakan tingginya angka pembentukan organisasi alumni pada setiap KBH di Indonesia. Sedangkan untuk dimensi programs and process pencapaiannya hanya sebesar 63,14 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement