REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Rektor Institut Ilmu Qur'an, Prof Dr KH Ahsin Sakho Muhammad menyepakati pentingnya mengutamakan kualitas baca Alquran dibanding hanya mengejar kuantitasnya.
Pahala membaca Alquran dengan tartil dan memenuhi kaidah tajwid yang benar, menurut Ahsin, lebih berat dari bacaan tanpa tartil.
"Pahala membaca dengan tartil itu pahalanya berat. Kalau membaca asal cepat saja, itu pahalanya ringan, walaupun banyak. Jadi yang lebih bagus membaca dengan tartil," jelasnya kepada Republika, akhir pekan lalu.
Ahsin menjelaskan, membaca Alquran dengan tartil berarti membaca dengan kaidah hukum-hukum tajwid yang benar. Si pembaca memperhatikan betul soal makharijul huruf, kaidah tajwid, dan memberikan masing-masing huruf "haknya" dengan sempurna.
Jika ia harus dibaca panjang empat harakat, maka ditunaikanlah haknya empat harakat tanpa dikurangi sedikitpun. Ahsin menegaskan, bacaan Alquran dengan tartil tidak tergesa-gesa.
Disamping membaca Alquran dengan tartil, kualitas membaca Alquran juga ditandai dengan mentadabburi ayat yang dibaca. Sebagaimana disebutkan dalam Alquran, "Apakah kalian tidak mentadabburi Alquran?" (QS an-Nisa [4]: 82). Ayat ini sebagai sindiran bagi orang yang hanya membaca Alquran tanpa mau mentadabburi maknanya.
"Tadabbur disini mengharuskan kita merenungi, memahami, meresapi apa yang kita baca. Ini bagi mereka yang bisa memahami isi Alquran. Tapi bagi mereka yang masih belum bisa, cukup dengan membacanya dengan tartil atau memahami secara global," papar Ahsin.
"Kita ingin, seseorang itu disamping membaca Alquran juga bisa memahami makna Alquran melalui terjemahan yang ada. Kalau bisa membacakan terjemahan yang tafsiriyah," tambahnya.