Kamis 02 Jul 2015 11:12 WIB

Kebiasan Berdonasi Gerakkan Ekonomi

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Damanhuri Zuhri
Berbagi dengan anak yatim (ilustrasi).
Foto: Republika/ Wihdan
Berbagi dengan anak yatim (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dari hasil riset Institut Pertanian Bogor (IPB), kebiasaan berdonasi mampu menggerakkan ekonomi. Jika donasi diberikan untuk pembedayaan usaha mikro, produk domestik bruto (PDB) bisa ikut naik.

Direktur Pusat Studi Bisnis dan Ekonomi Islam (CIBEST) Irfan Syauqi Beik mengatakan, dari hasil riset IPB terhadap 11 perusahaan yang tercatat di bursa mengenai kaitan pemanfaatkan dana tanggungjawab sosial korporasi (CSR) dengan profitabilitas, ditemukan hubungan positif.

Secara ekonomi, saat ada pihak yang gemar berbagi, permintaan agregat akan naik. Saat permintaan naik, pasokan pun naik dan peningkatan produksi terjadi. ''Berbagi akan membuat ekonomi makin produktif,'' kata Irfan.

Logikanya, jelas Irfan, jika di satu daerah ada 10 orang yang terdiri atas satu konsumen kaya dan sembilan konsumen miskin, daya beli hanya dimiliki satu orang.

Saat satu orang itu berbagi dengan sembilan orang lainnya, daya beli jadi dimiliki 10 orang. ''Jika dana CSR dikelola tepat sasaran, basis produksi nasional akan naik,'' kata dia.

Dari analisis CIBEST, jika sepertiga dari 56 juta pengusaha mikro naik kelas menjadi pengusaha kecil, PDB nasional bisa naik 20 persen. Saat itu terjadi, Indonesia makin sejahtera. ''Jadi fokusnya pada yang kecil dan mikro,'' ungkap Irfan.

Direktur Eksekutif Domper Dhuafa Yuli Pujihardi menuturkan, perusahaan yang menunaikan zakat melalui Dompet Dhuafa terus bertambah jumlahnya, baik jumlah perusahaan maupun jumlah dana.

Banyak perusahaan asing maupun nasional yang menyiapkan dana pemberdayaan pengusaha dhuafa. ''Mereka percaya, donasi tidak mengurangi laba, tapi meningkatkan usaha mereka. Kepedulian perusahaan juga meningkat,'' kata Yuli.

CEO MuslimMarket.com Pramadita Tasmaya mengakui, bisnis tidak bisa jalan sendiri dan saling berkaitan sehingga harus memerhatikan yang lain.

Pria yang kerap disapa Riel ini mengatakan, CSR bersifat sangat korporasi. Sementara sejak zaman Rasulullah, zakat sudah diwajibkan. ''CSR adalah alat baru untuk pemberdayaan umat, sebagai tambahan,'' kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement