Senin 29 Jun 2015 08:12 WIB
Ramadhan 2015

Semangat Peradaban Islam dalam Pentas Babad Diponegoro

Rep: c 38/ Red: Indah Wulandari
Naskah kuno Babas Diponegoro.
Foto: Unesco
Naskah kuno Babas Diponegoro.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Semangat Pangeran Diponegoro mewujud kembali lewat adegan-adegan yang dimainkan ki dalang dan iringan gamelan Jawa. Seolah tersihir, ratusan audiens tampak memenuhi Hall Gelanggang Mahasiswa Universitas Gadjah Mada selepas shalat tarawih malam tadi.

“Melalui pementasan wayang Babad Diponegoro ini, kami ingin mengangkat kembali kisah dan nilai-nilai perjuangan Pangeran Diponegoro,” kata Wisnu Al Amin, Ketua Jamaah Shalahuddin kepada Republika selepas acara, Ahad malam (28/6).

Wisnu menjelaskan, pementasan tersebut merupakan kerja sama antara Panitia Ramadhan di Kampus (RDK) Jamaah Shalahuddin, UKM Kesenian Jawa Gaya Surakarta (UKJGS), dan Balai Budaya Minomartani. Hal ini sesuai dengan tema besar Ramadhan di Kampus tentang semangat peradaban Islam di Yogyakarta.

Pentas wayang ini didalangi oleh dalang muda Ki Rafif Pujasmara, mahasiswa semester IV Fakultas Kehutanan UGM. Menurut Wisnu, pentas wayang agak dimodernkan lantaran tidak sepenuhnya menggunakan bahasa Jawa, tetapi juga bahasa Indonesia.

Pagelaran ini mengangkat cerita masa Perang Jawa (1825-1830) antara Pangeran Diponegoro dan pasukan Belanda. Perlawanan yang diberikan Pangeran Diponegoro ini memiliki makna berbeda, karena didasari oleh semangat jihad melawan penjajah.

“Kami ingin mengenalkan kembali pada masyakarat umum bahwa Yogyakarta itu tidak lepas dari nilai-nilai Islam. Selain itu, pagelaran ini untuk mengenang kembali dan meneladani semangat Diponegoro dalam konteks saat ini,” tutur Wisnu

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement