REPUBLIKA.CO.ID,BREBES -- Santri tunanetra asal Ponpes Balong, Brebes, Jawa Tengah Toriqin (25 tahun) memaknai bulan Ramadhan sebagai bulan penuh keberkahan dan ampunan.
“Saya awal puasa saat umur 12 tahun diajari oleh orangtua,” jelasnya, Rabu (24/6).
Ia mengaku sangat rindu setiap datangnya Ramadhan karena bisa menjadi ladang pembebasan dari api neraka. Sehingga ia selalu memiliki target-target tertentu ketika bulan suci ini tiba.
Seperti saat ini, ia ingin menambah hafalan Alquran. Lantaran ia baru hafal enam juz. Ia pun mengaku sangat termotivasi dengan sebuah hadist.
“Khoirukum man ta’allamal qur’ana wa allamahu (sebaik-baiknya kalian adalah orang yang belajar Alquran dan mengamalkannya).”
Di sisi lain, ia mengatakan, tanpa ada dorongan dari orangtua, ia bukanlah apa-apa.
“Karena orangtualah yang selalu menguatkan kondisi saya seperti ini, menerima, dan ikhlas menjadi seorang tunanetra, karena semua ini kehendak Allah. Allah akan memberikan yang terbaik kelak nanti,” tambahnya.
Senada dengan Toriqin, santri tunanetra asal Ponpes Balongan, Brebes, Nasrulloh juga menyampaikan makna Ramadan.
“Bagi saya, Ramadhan itu bulan yang penuh berkah, penuh pengampunan, bulan Alquran,” katanya.
Berpuasa Ramadhan sejak usia 9 tahun membuatnya merasakan ketenangan batin. “Saya selalu berharap, selesai Ramadhan agar tetap istiqamah tawakal kepada Allah,” harapnya.