Ahad 21 Jun 2015 15:45 WIB

Sadiq Muhammad Yusuf, Mufti Uzbekistan Penentang Ekstremisme (1)

Rep: Amri Amrullah/ Red: Indah Wulandari
Syeikh M Sadiq Muhammad Yusuf
Foto: uzdaily
Syeikh M Sadiq Muhammad Yusuf

REPUBLIKA.CO.ID,UZBEKISTAN -- Uzbekistan baru kehilangan sosok ulama penting pada 10 Maret 2015 lalu. Sheikh Muhammad Sadiq Muhammad Yusuf, merupakan Mufti besar Uzbekistan. Ia merupakan tokoh ulama yang fatwanya menjadi rujukan bukan hanya di Uzbekistan tapi juga bagi negara-negara di Asia Tengah, seperti Kazakhstan.

Sheikh Muhammad Sadiq Muhammad Yusuf lahir pada 15 April 1952 di Bulakhbash wilayah Andijan, kota paling timur Uzbekistan berbatasan dengan Kirgistan.

Sheikh Muhammad Sadiq Muhammad Yusuf berasal dari keturunan kakeknya, Muhammad Ali-domulla Andijani, seorang ulama yang meninggal saat Revolusi Bolshevik di awal pemerintah Soviet. Sedangkan ayahnya, Muhammad Yusuf-qori merupakan penentang kebijakan pemerintah Soviet di Uzbekistan.

Sejak kecil Muhammad Sadiq telah ditekankan penguatan pendidikan agama oleh ayahnya. Hal ini dikarenakan keinginan sang ayah agar putra bungsunya menjadi pendakwah dan terhindar dari kepentingan politik Soviet saat itu.

Setelah menyelesaikan pendidikan menengah pada 1970, Muhammad Sadiq kemudian melanjutkan ke madrasah Arab Mir-i di Bukhara. Di madrasah ini ia memperdalam ilmu keislaman sebelum akhirnya melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi di Institut Islam Imam Bukhari  di Tashkent.

Usai menamatkan pendidikan tingginya, Muhammad Sadiq muda bekerja sebagai editor di salah satu jurnal Islam 'Muslim di Timur Uni Soviet'. Pada 1976, ia kemudian memperdalam agama Islam di Universitas Islam Nasional ad Da'wa al Islami di Libya.

Usai menamatkan di unversitas ini, kapasitas ilmu agama Muhammad Sadiq mendapatkan perhatian beberapa negara termasuk di Soviet sendiri. Pada Maret 1989 Muhammad Sadiq dipilih oleh SADUM (Administrasi Urusan Spiritual Muslim Asia Tengah dan and Kazakhstan) untuk menjadi mufti. Sheikh Muhammad Sadiq Muhammad Yusuf terpilih sebagai wakil ke Mahkamah Soviet dan melaporkan permasalahan umat Islam di kawasan Asia Tengah.

Awal perjuangannya atas hak umat Islam Soviet dimulai dari sini, setelah ia meminta agar pemerintah Soviet memberikan hak kepada umat Islam untuk beribadah dan mendapatkan pendidikan Islam secara layak.

Dalam beberapa kali pertemuannya dengan Gorbachev, ia melihat adanya perubahan positif kebijakan komunis saat itu terhadap agama. Berkat lobi yang ia lakukan, banyak masjid dan madrasah yang diizinkan dibuka dan dibangun kembali setelah lama disegel saat rezim komunis berkuasa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement