Jumat 12 Jun 2015 10:51 WIB

'Dalam Akustik Masjid Terdapat Nilai Kepatutan dan Seni'

Rep: c94/ Red: Agung Sasongko
Mengaji di Bulan Ramadhan
Foto: Republika/Agung
Mengaji di Bulan Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Seiring perkembangan zaman estetika ibadah masjid sudah sepatutnya diperhatikan oleh umat Islam. Misalnya, soal mengatur akustik masjid.

Hal itu disampaikan Direktur Pusat Pengembangan Islam Bogor (PPIB), Ade Syarmili, saat ditemui ROL di Masjid Raya Kota Bogor, Kamis (11/6). Menurutnya, dalam akustik masjid terdapat nilai kepatutan dan seni. Sehingga tidak sepatutnya bila kemudian pengeras suara dibunyikan di masjid menggunakan kaset.

"Kan lebih bagus kalau kita semua memberdayakan masyarakatnya. Hayu mau bisa apa? Kalau mau gaji belajar dulu nanti kalau sudah bisa baru pakai speaker. Ditambah pengaturan akustik masjidnya belum ditata,"ungkapnya.

"Itu lebih indah sebetunya. Jadi orang yang baru bisa ngaji malah pakai speker, nantinya orang terganggu. Bahkan mempermalukan orang jika salah bacaannya,"

Pada akhirnya, papar Ade, dalam konteks kerukunan beragama upaya tersebut tidak menganggu. Sedangkan, pada aspek pelayanan umat pun masyarakat merasa terlayani. Nantinya, umat Islam akan berpikir bahwa ibadah tidak mengganggu orang lain.

Sebelumnya, Ade mengatakan kondisi  saat ini masjid mendominasi mengeluarkan suara yang sangat besar. Sedangkan, lanjut Ade, di dalam masjid suara yang dihasilkan kurang bagus. Selain itu, kondisi tidak adil diciptakan oleh masjid dari kondisi suara tersebut.

"Masjid besar jam dua sudah mengeluarkan suara, dengan suara ke mana-mana dan pada akhirnya masyarakat lainnya menganggu. Nilai Estetikanya tidak ada, kearifan lokalnya tidak dibangun, masyarakat lain terganggu. Kan yang malu Islamnya,"kata Ade.

Ade menuturkan penataan akustik masjid merupakan kepedulian terhadap fungsi serta proposi masjid.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement