Selasa 09 Jun 2015 09:07 WIB

Usai Tragedi Breivik, Banyak Warga Norwegia Bersyahadat

Rep: c30/ Red: Agung Sasongko
Mualaf (ilustrasi)
Foto: Onislam.net
Mualaf (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, OSLO -- Islam mewarkan tujuan, pedoman, dan aturan hidup untuk membawa manusia menjadi lebih baik. Inilah yang dialami para pemberontak di Norwegia.

“Saya pikir, manusia itu butuh aturan konsekuensi hukum dan pujian dalam hidupnya,” ujar Elsa (26 mengatakan pada koran Aftensposten dilansir dari laman Onislam.net, Selasa (9/6).

Menurut peneliti jumlah etnis Norwegia yang kembali memeluk islam meningkat dari 500 orang diakhir tahun 1990-an menjadi 3 ribu hari ini. Meskipun ini masih dari sebagian kecil populasi Norwegia, namun tetap dianggap perubahan ini sangat signifikan.

“Konversi ke Islam adalah bentuk paling ekstrim dari pemberontakan muda saat ini,” ujar Anne Sofie Roald seorang profesor agama mengatakan pada Aftenposten.

Menurutnya, mereka ini mualaf yang akan menjalankan syariat islam dengan sepenuh hati.  “Kenyataannya, batasan yang sudah ditetapkan dalam agama lebih menarik dari batasan itu sendiri,” ujar Roald yang kembali masuk islam pada tahun 1982

Sejak pembantaiana pada 22 Juli 2011 lalu di pulau Utoya ada titik di mana perubahan ini dimulai. Melalui masa-masa sulit ketika pria bersejata Anders Breivik menewaskan 69 orang partai buruh pemuda saat musim panas, Morten Abrahamsen Ibrahim memutuskan kembali pada Islam.

“Sudah hampir empat tahun (sejak pembantaian dan pertobatannya) dan sekarang saya hidup bersama agama saya, saya menemukan rasa tenang yang saya cari,” ujar Abrahamsen

Kini Abrahamsen dan teman-teman sesama Muslim  melawan ekstrimisme dan mengatakan jika Al-Quran memerintahkan umat islam untuk mngikuti hukum di mana tanah mereka tinggal.  Kini Muslim Norwegia diperkirakan sebanyak 150 ribu orang dari 4,5 juta penduduk Norwegia. Sebagian besar penduduk Norwegia adalah dari pakistan, Somalia, Irak, dan Maroko.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement