REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsudin mengatakan ada kemungkinan penetapan awal puasa Bulan Suci Ramadhan tahun 2015 tidak akan ada perbedaan.
"Berdasarkan prediksi kami awal Ramadan diperkirakan jatuh pada 18 Juni. Insya Allah tahun ini tidak ada perbedaan awal Puasa," kata Din Syamsudin, di Bandung, Rabu (3/6).
Ia menuturkan, awal puasa Ramadhan tahun ini tidak berbeda karena menggunakan pendekatan hisab perhitungan sejak jauh hari memprediksi dan sudah diprediksi bahwa ijtima terjadi tanggal 16 Juni itu setelah matahari terbenam. "Maka tidak bisa dikatakan 16 Juni malam itu awal Ramadhan sehingga 17 Juni itulah awal kita shalat tarawih dan kita mulai berpuasa pada tanggal 18 Juni," kata Din.
Menurut dia, kemungkinan penetapan awal Ramadhan dan Idul Fitri di Indonesia tidak akan ada perbedaan sampai tahun 2023.
"Dan besar kemungkinan dengan pendekatan ruqyat, dengan melihat agar tak ada masalah karena derajatnya tinggi. Maka Insya Allah awal Ramadan sama dan juga untuk Lebarannya akan sama yakni pada 17 Juli dan Insya Allah sampai tahun 2023 nanti," ujarnya.
Apabila terjadi perbedaan, Din mengatakan pihaknya telah melakukan pendekatan terkait metode penetapan awal Ramadan. Ia menuturkan, metode tersebut dilakukan melalui cara ruqyat dengan mata kepala maupun ruqyat dengan mata akal pikiran.
"Jadi Menteri Agama dan ulama sudah berkoordinasi, berkomunikasi. Ulama Muhammadiyah sudah bertemu dengan ulama NU begitupun sebaliknya walaupun belum ada kesepakatan," ujarnya.