Rabu 03 Jun 2015 09:39 WIB
Jilbab TNI

NU Sayangkan Panglima Ralat Pernyataan Jilbab TNI

Rep: c94/ Red: Indah Wulandari
Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko (kiri) bersama Walikota Banda Aceh Illiza Sa'aduddin Djamal saat menghadiri acara silaturrahmi dengan Pemerintah Aceh dan tokoh masyarakat Aceh serta komponen pemuda di Anjong Mon Mata, Banda Aceh, Aceh, Kamis (21/5).
Foto: Antara/Irwansyah Putra
Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko (kiri) bersama Walikota Banda Aceh Illiza Sa'aduddin Djamal saat menghadiri acara silaturrahmi dengan Pemerintah Aceh dan tokoh masyarakat Aceh serta komponen pemuda di Anjong Mon Mata, Banda Aceh, Aceh, Kamis (21/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) meminta pemimpin tinggi TNI  tidak asal bicara terkait kebijakan penggunaan jilbab bagi wanita TNI.

"Kalau buat pernyataan berkaitan dengen kebijakan, yang jelas. Jangan asbun (asal bunnyi) saja," kata Ketua PBNU, KH Slamet Effendy Yusuf, Rabu (3/6).

Menurutnya, pidato pemimpin TNI seharusnya sudah mencakup dasar kebijakannya. Sehingga, pernyataan di tengah publik tidak sampai diralat.

Slamet menjelaskan, perkataannya sebagai masukan agar setiap pernyataan Panglima TNI lebih jelas dan konsisten. "Ya, malah diralat ini kan menunjukkan ketidakkonsistenan TNI. Makanya, kalau pidato soal kebiajakan, hati-hati jangan sebatas ingin mendapatkan tepuk tangan rakyat," ungkapnya.

Slamet menilai sikap panglima TNI Moeldoko tersebut sudah berkali-kali tidak konsisten. Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal Moeldoko pernah bicara terkait kedaulatan atas pengungsi Rohingya. "Ini pengungsi, mana ada urusannya dengan kedaulatan?" ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement