REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jumlah wisatawan Muslim ke Jepang menjadi titik awal kebangkitan warna Islam di negeri Sakura. Beberapa tahun terakhir sejumlah restoran, fasilitas umum dan sejumlah tempat menginap mengadopsi nilai-nilai Islam.
Meningkatnya jumlah pengunjung Muslim, membuat asosiasi pariwisata dan bisnis Jepang telah menggenjot upaya untuk memperbaiki situasi untuk lebih melayani wisatawan Muslim. Restoran halal dapat ditemukan di sejumlah bandara, dan beberapa hotel besar terkemuka.
Restoran non-Jepang dengan menu halal juga ditawarkan. Wisatawan Muslim seperti Bangladesh, Mesir, India, Indonesia, Iran, Malaysia, Maroko, tak perlu khawatir lantaran siap dimanjakan sejumlah pilihan makanan halal.
Akhir pekan kemarin, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak memberikan pidato pada pertemuan meja bundar dalam helat pertemuan Yayasan Dunia Islam Economic Forum (WIEF) dan Aliansi Yayasan Forum Islam (AFF) di Tokyo. Razak telah mencapai kesepakatan dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe untuk meningkatkan kerjasama di berbagai bidang seperti industri makanan halal dan keuangan Islam.
Jepang memiliki populasi Muslim minoritas, perkiraan demografi berkisar antara 70.000, namun diprediksi meningkat hingga tahun ini mencapai 120.000 warga Muslim. 10 persen migran Jepang telah memilih untuk memeluk Islam.
Islam diperkirakan datang ke Jepang pada awal 1900-an ketika Muslim Tatar yang melarikan diri ekspansi Rusia. Ratusan pengungsi Tatar Muslim dari Asia Tengah dan Rusia datang ke Jepang selama setelah Revolusi Oktober pada awal 1900-an.
Muslim ini diberi suaka di Jepang dan menetap di beberapa kota utama di sekitar Jepang, membentuk komunitas kecil. Beberapa orang Jepang masuk Islam melalui kontak dengan umat Islam migran saat itu.
Selama Perang Dunia II, lebih dari 100 buku dan jurnal tentang Islam diterbitkan di Jepang. Saat krisis minyak di tahun 1970-an, Jepang telah memberikan ruang untuk dunia Muslim pada umumnya, dan dunia Arab pada khususnya. Jepang menyadari pentingnya negara-negara ini untuk ekonomi Jepang. Pada tahun 1960 ratusan Pakistan dan Bangladesh Muslim bermigrasi untuk bekerja di Jepang dan kemudian menetap bersama keimanannya.
Hari ini ada banyak yayasan Islam di Jepang termasuk Islamic Center Jepang, Asosiasi Muslim Jepang, Federasi Perdamaian Muslim Jepang, Jepang Islamic Trust, Lingkaran Islam Jepang, Masjid Tokyo, Masjid Muslim Kobe, Masjid Nagoya, Kanazawa Muslim Society, Tsukuba Muslim Resident Association, Masjid Pusat Kebudayaan Islam, Islamic Culture Center Sendai, Asosiasi Muslim Kitakyush dan Asosiasi Budaya Muslim Tohoku University.
Masjid pertama di Jepang, Masjid Kobe, dibangun pada tahun 1935 dengan kontribusi dukungan keuangan India, Tatar dan Jepang. Masjid pertama di ibukota Tokyo dan masjid kedua Jepang, Masjid Tokyo dibangun oleh Tatar migran saat melarikan diri revolusi Rusia yang merupakan kelompok etnis Muslim terbesar di Jepang.
Hingga 1970, hanya dua masjid yang ada di negara ini. Sekarang, ada sekitar 200 masjid dan Mushala di seluruh Jepang. Banyak komunitas Muslim memiliki rencana untuk membangun masjid dalam waktu dekat. Masjid Otsuka di Toshima, salah satunya, berencana untuk mendaftarkan diri sebagai sebuah perusahaan pendidikan dan membangun sebuah sekolah Islam di Jepang.