REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Indonesia Halal Center (IHC), Lutfiel Hakim menilai tingkat kesadaran masyarakat terhadap isu halal akan semakin meningkat. Produsen halal perlu menemukan posisi di tengah peningkatan pangsa pasar ini.
“Ke depannya, akan terjadi semacam pergeseran kampanye halal sampai ke level bawah. Masyarakat akan semakin aware terhadap kehalalan suatu produk,” ujar Lutfiel kepada Republika seusai acara di Jakarta Selatan, Sabtu (30/5).
Ia menambahkan, konsumen utama produk halal saat ini adalah golongan middle class (kelas menengah). Masyarakat Muslim di Indonesia itu semakin teredukasi akan semakin religius. Tingkat ketaatan terhadap agama juga makin tinggi, termasuk dalam bidang halal.
Society of Actuaries (SOA) menulis 112 juta orang Indonesia mempunyai daya beli per bulan satu juta. Artinya, potensi pasar middle class di Indonesia sebesar Rp 112 triliun per bulan. Lantas di manakah posisi produsen halal?
Lutfiel juga mencontohkan, di Malaysia setiap tahun ada event Malaysia International Halal Showcase (MIHAS). Acara ini mampu menjaring Rp 43 miliar dalam 5 hari, bukan untuk transaksi retail, melainkan transaksi bisnis.
“Ini harus menjadi konsen bagi kita. Kita perlu di mana merumuskan posisi produsen halal, termasuk branding dan segala macam. Harus jelas perbedaan atau nilai lebih antara produk halal dan yang tidak halal,” tambah Presiden IHC ini.
Indonesia Halal Center merupakan salah satu lembaga yang mengakomodasi isu halal di Indonesia. IHC awalnya lahir untuk merespon disahkannya UU Jaminan Produk Halal oleh DPR pada tanggal 24 September 2014.