REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sekarang ini bangsa Indonesia termasuk gerakan Muslim termasuk Aisyiyah dihadapkan pada tantangan. Banyak persoalan dan dinamika perubahan sosial yang sangat kompleks seperti prostitusi dan nikah siri online, kerusakan lingkungan, kehidupan serba materi, berkembangnya paham keagamaan yang mengental pada pandangan sempit dan bernuansa kekerasan.
Hal itu dikemukakan Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini pada saat memberi pengantar Dalam Seminar Nasional Pra Muktamar Satu Abad Aisyiyah dan Muktamar Muhammadiyah ke-47 dengan tema "Gerakan Perempuan Islam Berkemajuan "Reaktualisasi Peran Aisyiyah Menuju Abad Kedua", di Kampus Terpadu STIKES Aisyiyah Yogyakarta, Sabtu (23/5).
Paham keagamaan yang sempit itu, lanjut Noordjannah, seperti pandangan bahwa perempuan lebih mulia di rumah, perempuan bekerja atau beraktivitas di publik. Ini seakan sedang menyiapkan generasi yang lemah, relasi laki-laki dan perempuan yang tidak bil-makruf dan setara yang berdampak pada munculnya kekerasan dalam rumah tangga dan pandangan lainnya yang bersifat domestikasi dan menempatkan perempuan tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam. Yakni. sama-sama memiliki kesempatan beramal saleh dan mewujudkan Islam rahmatan lil 'alamin dalam kehidupan.
Karena itu Aisyiyah dituntut untuk melakukan langkah reaktualisasi perannya yang lebih dinamis dan bersifat transformatif dalam membawa misi gerakan perempuan Islam berkemajuan menuju abad kedua. Untuk memperoleh formulasi tentang pemikiran alternatif dan model praksis gerakan bagi Aisyiyah dalam memasui abad kedua, maka diselenggarakan seminar yang sekaligus sebagai seminar penutup seminar nasional pra muktamar.