REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Riset Ma'arif Institut Ahmad Fuad Manani mengatakan, kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) bukanlah gerakan agama yang harus diikuti oleh umat Islam di dunia. Sebab, motif ISIS didirikan karena latar belakang politik, ekonomi, dan kekuasaan.
"ISIS bukan gerakan agama, tapi gerakan dari fenomena regional (Timur Tengah) soal ekonomi politik dan kepentingan kekuasaan," kata Fuad dalam diskusi 'Menangkal Paham ISIS atas Nama Agama' di Kampus Universitas Hamka, di Kebayoran Baru Jakarta Selatan, Selasa (19/5).
Akan tetapi, fenomena ISIS ini disebut Fuad berpengaruh negatif terhadap umat Muslim di Indonesia karena para anggota ISIS mencoba membelokkan fakta bahwa perjuangan yang mereka lakukan adalah untuk memperjuangkan kilafah Islam di dunia.
ISIS menurut Fuaf memahami bahwa masih banyaknya umat Islam di Indonesia yang tidak punya pemahaman mendalam terhadap ajaran Islam yanh sesungguhnya sehingga mereka dapat dengan mudah mempengaruhi umat Islam Indonesia untuk bergabung.
Padahal sebenatnya dijelaskan Fuad ISIS nyatanya telah membelokkan beberapa penafsiran landasan untuk berjuang untuk jihad. "ISIS banyak belokkan ajaran agama jadinya mereka adalah jihad seperti yang dilaksanakan di zaman nabi dan zaman kekalifahan. Padahal bukan seperti itu," ujar Fuad.
Cara menyikapi agar umat Islam Indonesia tidak terpengaruh ajaran ideologi ISIS, menurut Fuad adalah dengan meluruskan kembali seperti apa makna jihad yang sebenarnya seperti yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Fuad juga meminta segenap pemerintah, tokoh agama dan pemuda Islam untuk giat dalam mengkampanyekan Islam yang damai. "Aktivitas muda yang moderat itu perlu dikembangkan. Dan pemerintah juga harus jalin kerjasama dengan tokoh-tokoh Islam dari NU atau Muhammadiyah," ujar dia.