REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Lembaga Dakwah iHAQI, Ustadz Erick Yusuf mengungkapkan setiap orang Muslim adalah Muhlisiina lahuddin (memurnikan ketaatan dalam beragama). Karena itu, lanjut dia, jangan melakukan inovasi yang melanggar batas.
“Coba lihat manfaat Mudharatnyalah. Kenapa harus membuat Islam Nusantara yang seakan-akan nggak percaya diri, Islam di Indonesia itu sudah ngeblend dengan Indonesia,” kata Ustaz Erick Yusuf kepada Republika, Selasa (19/5).
Lebih lanjut, Ustaz Erick Yusuf memaparkan, tidak perlu adanya inovasi langgam bacaan Alquran Nusantara. Sebab, Islam di Indonesia sudah memiliki langgam lantunan ayat suci yang khas.
“Coba saja bandingkan orang-orang Aceh atau orang mana pun yang membaca Alquran, mereka punya khas masing-masing kok. Kalau enggak, dengerin aja Azannya,” kata Ustaz Erick menjelaskan.
Ustaz Erick melanjutkan, memaksakan langgam baca Alquran dengan langgam Nusantara malah jadi tempelan yang terkesan dibuat-buat. Sehingga, tidak ada kekhusuan bagi mereka yang mendengar lantunan ayat tersebut.
Dalam peringatan Isra Mi'raj di Istana Negara yang disiarkan sebuah stasiun televisi, seorang qari membaca Alquran dengan langgam Jawa. Tampak Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin serius mendengarkan cara qari membacakan surat An-Najm ayat 1-15.
Menag memaparkan Kekayaan langgam bacaan Alquran khas nusantara yang dimiliki bangsa Indonesia memperkaya khazanah bacaan Alquran.
''Kita perlu menunjukkan kepada dunia, sesunguhnya kita memiliki kekayaan yang terkait dengan Alquran, tidak hanya pada iluminasi Al-Quran atau penulisannya tapi qiraah-nya juga,'' ujarnya.