Senin 18 May 2015 19:34 WIB
Kontroversi Nada Alquran

Mengapa Langgam Jawa Ditampilkan, Ini Kicauan Menag

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko
Muslimah membaca Alquran.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Muslimah membaca Alquran.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, meminta masyarakat mengirimkan rekaman jika memiliki langgam daerah lain yang tajwidnya baik. Ia juga mengungkap, alasan dia menggunakan langgam Jawa.

“Kenapa langgam Jawa yang ditampilkan? Karena saya belum menemukan langgam daerah lain yang tajwidnya baik. Bila ada, tolong kirim rekamannya,” tulis Menteri Agama di akun @lukmansaifuddin pada Ahad (17/5).

Sebelumnya, pada Milad Bayt Alquran dan Museum Istiqlal ke-18 di TMII Jakarta, Rabu (6/5), Menag telah mengungkapkan rencana serupa. Ia meminta jajaran di Kementerian Agama untuk mencari ragam langgam bacaan Alquran yang ada di Nusantara.

Menag saat itu menuturkan, Kementerian Agama baru memiliki beberapa qori yang bisa melantunkan ayat-ayat Al-Quran dengan langgam Jawa, Sunda, Madura, dan Aceh. Ia berharap mendapatkan qori yang bisa membaca Alquran dengan langgam Melayu, Bugis, Medan, dan langgam-langgam khas Nusantara lainnya.

Pernyataan Menteri Agama saat itu belum menuai kontroversi. Pro-kontra baru bermula pada saat qori benar-benar membacakan surah An Najm ayat 1-5 dengan langgam Jawa dalam Perayaan Isra’ Mi’raj di Istana Negara, Jumat (15/5) lalu.

Tidak hanya di dunia nyata, jejaring sosial juga ramai memperdebatkan gagasan Menteri Agama ini. Seorang netizen malah menantang Menag agar menggunakan langgam rapper. “Coba loe kreatif dikit, pak. Tilawahnya pake langgam rapper. Biar kekinian dan digemari anak muda," kicau salah seorang Netizen.

Entah apa motif di balik kicauan tersebut, sejumlah netizen lain ikut menanggapi dengan menantang penggunaan langgam beat box, hip hop, dan rock.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement