REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Setelah penyerangan Charlie Hebdo, stasiun radio Muslim di Paris, 'Beur FM' memainkan peran sebagai 'penengah'. Radio berusaha menjawab pertanyaan masyarakat Perancis seputar toleransi dan kekerasan.
"Beur FM telah menjadi pokok untuk pendengar dari semua lapisan masyarakat di Perancis untuk jawaban tentang kekerasan pascapenyerangan Charlie Hebdo. Serta bagaimana mendamaikan imigran terasing dengan masyarakat arus utama," ujar Direktur pemasaran, Nabil Bougouss seperti dilansir thestar.com, Selasa (12/5).
Ia menjelaskan, radio yang telah mengudara sejak tahun 1992 ini sebelumnya hanya menyampaikan perbincangan ringan, musik dan berita, serta info masakan halal untuk komunitas Muslim. Namun, usai penyerangan Charlie Hebdo jumlah pendengar beur FM mengalami peningkatan.
Ini dikarenakan, pendengar bukan hanya dari Muslim saja melainkan pemeluk agama lainnya ikut mendengarkan siaran radio untuk mengetahui tentang Islam, toleransi, dan kekerasan.
Ia melanjutkan, penelepon Muslim sering bergulat dengan pertanyaan pelik tentang identitas. Mereka mencari cara untuk mengekspresikan kekesalan kepada Charlie Hebdo tanpa terlihat sebagai seorang Muslim yang fanatik. Radio menghadirkan imam untuk menjawab pertanyaan dari pendengar.
Saat ini, setiap pagi radio Beur FM menyiarkan program ceramah yang memiliki tema berbeda setiap harinya. Ceramah dilakukan oleh imam Abdelali Mamoun dari daerah Val-de-Marne tenggara Paris. Ia akan mengangkat tema kontroversial untuk warga perancis. Biasanya program seperti ini hanya ada selama bulan Ramadhan.
"Tidak ada rasa malu dalam agama, sehingga tidak ada rasa malu untuk berbicara tentang apa pun . Termasuk incest dan seputar seksual," ujar mamoun.
Jumlah Muslim di Perancis diperkirakan mencapai 4,7 juta atau sekitar 7,5 persen dari populasi Perancis. Menurut studi dari Pew Research Center yang dirilis pada bulan Januari. Kebanyakan dari mereka adalah keturunan Afrika Utara.