Selasa 12 May 2015 03:10 WIB

Meneladani Abu Bakar As-shiddiq

Meneladani Rasulullah SAW.
Foto: 4shared.com
Meneladani Rasulullah SAW.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ustaz Ahmad Dzaki MA

Saat ini kita masih berada di Bulan Rajab. Pada akhir Bulan Rajab ini ada suatu peristiwa bersejarah yang dialami Rasulullah SAW yaitu peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW dari Makkah menuju Masjidil Aqsha dan dari Masjidil Aqsha menuju Sidratul Muntaha.

Peristiwa Isra’ Mi’raj adalah salah satu peristiwa yang agung dalam perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW. Sebuah peristiwa penting yang terjadi dalam sirah Rasulullah SAW,  peristiwa ini terjadi satu tahun sebelum beliau mendapatkan perintah hijrah ke yatsrib (Madinah).

 

Isra` secara bahasa berasal dari kata saro bermakna perjalanan di malam hari. Adapun secara istilah, Isra` adalah perjalanan Rasulullah SAW bersama Malaikat Jibril dari Makkah ke Baitul Maqdis (Palestina), berdasarkan firman Allah SWT pada surat Al-Israa ayat 1.

Sedangkan Mi’raj secara bahasa adalah suatu alat yang dipakai untuk naik. Adapun secara istilah, Mi’raj bermakna perjalanan Rasulullah SAW dari Baitul Maqdis ke Sidratul Muntaha.

 

Berita-berita yang datang dalam kisah Isra’ Miraj seperti sampainya Rasulullah SAW ke Baitul Maqdis, kemudian berjumpa dengan para nabi dan shalat mengimami mereka  adalah berita-berita yang terdapat dalam hadits- hadits yang shahih.

Dalam sebuah hadis yang sangat panjang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim termuat kisah lengkap perjalanan Rasulullah SAW dalam isra’ dan mi’raj. Sebagai seorang muslim bagaimana sikap kita terhadap peristiwa tersebut?

Sikap kita yang benar sebagai umat Islam adalah menerima berita tersebut, mengimani tentang kebenaran berita tersebut dan tidak menolak berita tersebut atau mengubah berita tersebut sesuai dengan kenyataannya.

Kewajiban kita adalah beriman sesuai dengan berita yang datang terhadap seluruh perkara yang Allah Ta’ala kabarkan kepada kita atau yang dikabarkan Rasulullah SAW. Hendaknya kita meneladani sifat para sahabat radhiyallahu ‘anhum  terhadap berita dari Allah dan rasul-Nya.

Dikisahkan dalam sebuah riwayat setelah peristiwa Isra’ Mi’raj, orang-orang musyrikin datang menemui Abu Bakar As Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Mereka mengatakan,  “Lihatlah apa yang diucapkan temanmu (yakni Muhammad)!” 

Abu Bakar berkata, “Apa yang beliau ucapkan?”  Orang-orang musyrik berkata, “Dia menyangka bahwasanya dia telah pergi ke Baitul Maqdis dan kemudian dinaikkan ke langit, dan peristiwa tersebut hanya berlangsung satu malam.” 

Abu Bakar berkata, “Jika memang beliau yang mengucapkan, maka sungguh berita tersebut benar sesuai yang beliau ucapkan karena sesungguhnya beliau adalah orang yang jujur.” 

Orang-orang musyrik kembali bertanya, “Mengapa demikian?”. Abu Bakar menjawab:  “Aku membenarkan seandainya berita tersebut lebih dari yang kalian kabarkan.  Aku membenarkan berita langit yang turun kepada beliau, bagaimana mungkin aku tidak membenarkan beliau tentang perjalanan ke Baitul Maqdis ini?” 

Perhatikan  bagaimana sikap Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu  terhadap berita yang datang dari Nabi Muhammad SAW.  Abu Bakar langsung membenarkan dan mempercayai berita tersebut. 

Abu Bakar tidak banyak bertanya, meskipun peristiwa tersebut mustahil dilakukan dengan teknologi pada saat itu. Demikianlah seharusnya sikap seorang muslim terhadap setiap berita yang shahih dari Allah dan rasul-Nya. Wallahu a'lam bis-shawab.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement