REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Sebanyak 154 santri putra dan putri berjejer rapi mengikuti prosesi wisuda Madrasah Muallimin-Muallimat 6 Tahun Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang, Jawa Timur.
Acara yang dihelat Sabtu (9/5) di Auditorium Pondok Pesantren Bahrul Ulum, dihadiri pengasuh dan pimpinan serta segenap santri dan wali murid, antara lain KH. Abdul Nasir Fattah, kepala Madrasah Muallimin.
Madrasah yg didirikan KH Wahab Hasbullah, salah seorang pendiri Nahdhatul Ulama, tahun 1953 ini terbilang unik, karena masih konsisten menerapkan sistem pendidikan pesantren yang mengajarkan kitab-kitab kuning, di tengah berkembangnya sistem pendidikan modern.
Dalam kesempatan itu, Dr Muchlis Hanafi, Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran Kementrian Agama yang didaulat memberikan mauizhah hasanah, menekankan agar para santri berpegang teguh pada ajaran ahlussunah waljamaah dan melanjutkan tradisi keilmuan islam seperti diajarkan ulama salaf.
Ajaran ahlussunnah, menurut doktor Alquran dari Universitas Al Azhar Mesir ini, masih sangat relevan saat ini, karena bercirikan moderat dan menghormati perbedaan pandangan keagamaan. ''Ajaran ahlussunnah tidak gampang mengkafirkan orang lain yang berbeda pandangan,'' jelas Muchlis Hanafi.
Dewan Pakar Pusat Studi Alquran (PSQ) ini juga mengingatkan agar dalam mempelajari Islam tidak hanya mengandalkan sumber di internet atau media sosial, tetapi mendalaminya dari ulama yg kompeten.
''Tak sedikit mereka yang baru belajar Islam kemarin sore, tetapi mengaku ahli di bidangnya, bahkan berani mengkritik dan mengecam para ulama yg berbeda pendapat dengannya. Adab ikhtilaf (berbeda pendapat) pun diabaikan,'' papar alumnu Pondok Modern Daarussalam Gontor ini menambahkan.