Sabtu 09 May 2015 05:12 WIB

Kisah Pemuda Yahudi Bersyahadah (1)

Pimpinan Majelis Dzikir Az-Zikra, Ustaz Arifin Ilham bimbing enam mualaf di Masjid Agung Al Markaz, Makassar, Sulawesi Selatan.
Foto: Dokpri
Pimpinan Majelis Dzikir Az-Zikra, Ustaz Arifin Ilham bimbing enam mualaf di Masjid Agung Al Markaz, Makassar, Sulawesi Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemuda Yahudi, Musa, ketika itu baru beranjak dewasa. Di usianya kelima belas tahun, dia tertarik mempelajari sejumlah agama, Islam dan Yahudi.

Sebelum memeluk Islam, dia adalah penganut Yahudi. Keluarganya juga mengimani ajaran yang sama, tapi tidak kolot. Musa pergi ke sinagog. Kemudian belajar di sekolah Yahudi. Dia juga menjalani kehidupaan sehari - hari sebagai warga Amerika Serikat, di lingkungan Yahudi.

Dimanapun beraktifitas, pasti bersentuhan dengan penganut keyakinan yang tak berbeda. Hampir tak pernah sepanjang hidupnya berkomunikasi dengan penganut agama lain. Sekitar 2006 lalu, dia mulai berkomunikasi dengan seorang muslim. Percakapan langsung dan melalui dunia maya dilakukan.

Ketika itu dia mulai mempelajari Islam, keyakinan baru yang tak pernah ada di lingkungannya. "Secara konsep tak ada yang berbeda. Tuhan yang disembah sama, yaitu Allah," tulis Musa, sebagaimana diberitakan Arabnews.com, Jumat (8/5).

Dia mengenal Islam sebagai agama kedamaian. Tak ada ajaran yang membuat penganutnya berkonfrontasi.

Dalam komunitas itu, dia mulai memiliki banyak teman muslim. Salah satunya adalah muslimah yang menjadi pacarnya. Wanita ini yang membuatnya beralih ke Islam.

Dia kemudian mendalami keyakinannya. Kemudian dia menemukan alur sejarah dan rentetan tentang keyakinan Yahudi yang selama ini dianutnya.

Di dalam perjanjian lama, Nabi Harun melakukan dosa besar. Dia membuat patung berhala di Gunung Sinai, di saat Nabi Musa sedang mendapat wahyu yang dikumpulkan dalam Taurat.

Bagaimana bisa nabi melakukan dosa besar. Di dalam al-Quran Nabi Musa lahir, kemudian menyaksikan penganut Yahudi menyembah berhala. Pada mulanya Musa berpikir ini kelakuan Harun. Kemudian Musa memarahinya. Namun setelah ditelusuri, ternyata yang membuat berhala emas itu adalah orang lain.

Apakah orang - orang yang diarahkan Tuhan akan mendapatkan ampunan setelah melakukan dosa besar tersebut. Kemudian pandangannya tentang kisah ini sesuai dengan Islam bahwa perjanjian lama terus mengalami perubahan. Dulu ada banyak pemuka agama yang korup. Mereka dinilai tak jujur dalam mengajarkan nilai - nilai keagamaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement