Kamis 07 May 2015 16:21 WIB

Dua Jam Berdialog, Siska Akhirnya Bersyahadat (2)

Mualaf tengah berdoa (ilustrasi)
Foto: onislam.net
Mualaf tengah berdoa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Dialog yang terjadi malam itu semakin menarik. Ibu Siska semakin memperdalam pertanyaan-pertanyaannya kepada beliau. “Jadi, hakikatnya, yang menjelaskan dan mengajari manusia sebenarnya siapa pak Kiai, apakah malaikat?”, tanya ibu Siska lagi.

“Yang menjelaskan semua yang ada di muka bumi hakikatnya adalah Tuhan, karena Ia yang menciptakan tentunya Ia Yang Maha Mengetahui dan Maha Pemberi Penjelasan. Ia yang memperkenalkan kepada manusia tentang seperangkat bagian dari tubuh manusia dan lainnya. Kalau tidak, bagaimana manusia tahu, jangankan Hari Kiamat, bahkan dibalik tembok ruangan tempat kita berdialog ini saja pun manusia tidak tahu. Tuhanlah yang mengajarkan kepada manusia (Adam) nama-nama yang ada di langit dan bumi. Manusia pada dasarnya adalah bodoh, tidak tahu apapun yang ada di dunia ini. Tuhanlah yang menjelaskan pengetahuan kepada manusia melalui kitab suci-Nya.”

“Bagaimana? Sudah bisa ditangkap penjelasan saya?”, tanya pak Kiai kepada ibu Siska.  Dengan wajah terpuaskan dengan penjelasan pak Kiai, ibu Siska pun menganggukkan kepada seraya berakata “Iya pak Kiai, saya sudah memahami penjelasan pak Kiai,” kata Siska.

Pak Kiai pun melanjutkan kembali penjelasannya, “Nah kalau begitu saya akan melanjutkannya. Apabila pengetahuan itu ada pada kitab suci,  dan manusia sudah memiliki sistematika yang baik dalam pemahaman, maka hal yang perlu dilakukan adalah menguji sumber ajarannya, yaitu kitab suci tersebut. Karena ibu Siska dari agama Kristen, yang kita uji adalah Al-Kitab (Bible). Apabila kita menguji Bible, maka akan terlihat bahwa sumber kitab suci tersebut bukanlah dari Tuhan, melainkan dari manusia karena ia memuat surat-surat kiriman Paulus," paparnya.

"Paulus adalah manusia, sehingga bagaimana mungkin manusia lebih mengatahui alam beserta isinya dari pada Tuhan. Bagaimana mungkin ciptaan lebih paham dari yang menciptakan. Oleh sebab itu, ia tidak suci karena manusia adalah makhluk yang dinamis yang memiliki hawa nafsu. Ini yang membutnya tidak suci, lebih lagi manusia cenderung melakukan kesalahan. Jelaslah sudah bahwa Al-Kitab tidak berasal dari Tuhan, melainkan dari manusia.”, kata pak Kiai dengan mimik wajah yang serius saat menjelaskan. Ibu Siska pun sesaat termangu mendengar penjelasan pak Kiai tentang Al-Kitab.

“Berbeda dengan Alquran. Ia memuat firman-firman Tuhan. Ini dibuktikan dengan banyaknya manusia yang menjadi penghafal Alquran, sedangkan tidak ada seorang pun yang berhasil menghafal Bible. Coba anda camkan baik-baik, di dunia ini ada ribuan bahkan munkin jutaan orang yang menjadi penghafal Alquran, sebaliknya ada tidak yang mampu menghafal Injil atau Al-Kitab ini?," paparnya lagi.

"Kalau saja ada seorang Kristen yang berani menantang dengan tantangan bila ada umat Muslim yang mampu menghafal Alquran dengan mempertaruhkan nyawanya, niscaya dalam detik itu juga ia akan kehilangan nyawanya karena begitu banyak orang-orang yang menjadi penghafal Al-Quran. Akan tetapi, mereka semua tidak akan berani. Tapi, saya berani mempertaruhkan nyawa saya, apabila ada satu orang saja di dunia ini, baik pendeta, pastor, professor, atau bahkan paus sekalipun yang mampu menghafal persis isi Al-Kitab, maka saya berani dipotong leher saya.”, ucap pak Kiai dengan suara tegas.

Suasana dialog yang serius pun tampak semakin hidup malam itu. Pak Kiai memberikan penjelasan lagi dengan mengutarakan pertanyaan, “Bagaimana Yesus bisa menjadi Tuhan yang datang belakangan daripada Adam. Mungkinkah Tuhan datang belakangan daripada makhluk-Nya? Bagiamana Tuhan tercipta, sedangkan Tuhan Maha Pencipta. Lalu, apa karya-karya Yesus? Tak seekor lalat pun yang mampu ia ciptakan.”, kata pak Kiai.

Penjelasan demi penjelasan pun dipahami dengan baik oleh ibu Siska. Tak terasa, sudah dua jam dialog antara ibu Siska dengan pak Kiai berjalan. Merasa penjelasan yang disampaikan oleh pak Kiai sangat logis, maka pada malam hari itu juga ibu Siska memutuskan untuk mengucapkan kalimat syahadat.

Tepat pada pukul 21.00 WIB, disaksikan oleh rekan, para santri dan ustaz An-Naba Center, ibu Siska mengucapkan kalimat syahadat. Pada malam hari itu, ia pun resmi menyandang status sebagai seorang Muslimah. Sesaat setelah pensyahadatan, sembari meneteskan air mata karena rasa bahagianya telah memeluk Islam.

Ia pun berharap dapat menjalankan Islam secara kaffah serta mengajak dua orang putrinya yang masih remaja untuk sama-sama menjadi seorang muslimah yang berjuang untuk memperoleh ridha Allah. Semua yang hadir pada acara pensyahadatan tersebut pun mendoakan semoga harapan ibu Siska tersebut dapat segera terwujud, amin.

sumber : Pesantren Mualaf Annaba Center
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement