Sabtu 02 May 2015 10:45 WIB

Pengajian Perkantoran, Maksimalkan Teknologi

Rep: c62/ Red: Damanhuri Zuhri
Pengajian, ilustrasi
Foto: Republika
Pengajian, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tempat Heri bekerja, Maskapai Penerbangan Garuda, jika ada agenda RohisGA selalu diinformasikan ke seluruh karyawan.

“Kalau ada tabligh akbar kita informasikan melalui e-mail, spanduk, atau disampaikan bakda shalat Zhuhur,” kata Heri menerangkan.

Ia menyebut tidak diperlukan pengurus dalam jumlah besar guna mengadakan kegiatan ruhani. Terpenting, ungkap Heri, pengurus berkomitmen menjalankan tugas mengurus kajian di samping tidak meninggalkan pekerjaan utamanya.

“Rumusnya koordinasi. Misalnya, kita rutin mengadakan rapat setelah shalat Jumat. Kalau ada hal-hal mendesak, kita rapat 15 menit setelah shalat Ashar,” katanya.

Pasang surut jamaah pengajian kantor justru dialami Badan Pembinaan Kerohanian Islam Badan Kepegawaian Negara (Babinrohis BKN).

Ketua Babinrohis BKN Wali F Noor mengakui jamaah pengajian di BKN memang kadang ramai kadang sepi. Namun, shalat jamaah di Masjid BKN selalu penuh.

“Minimal pegawai mau ke masjid shalat berjamaah. Kalau dari sisi kepesertaan memang pasang surut, kadang banyak kadang tidak,” katanya saat dihubungi Republika, Senin (27/1).

Pihaknya selalu melakukan evaluasi pemateri maupun materi agar jamaah tidak bosan. Namun, tidak serta merta ustaz yang mengisi kajian lansung diganti jika jamaah merasa bosan.

Sebab, kajian di Masjid BKN menggunakan kitab yang harus habis dibahas tuntas. “Setiap tahun kita juga minta masukan dari jamaah terkait format kajian,” katanya.

Ketua Forum Silaturrahmi Pengajian Kantor Jakarta (Forsimpta) Abuzar al Ghifari menyarankan agar pengurus kajian kantor memaksimalkan teknologi.

Jamaah yang tidak mengikuti kajian bisa tetap mengakses dengan optimalisasi teknologi. “Di beberapa kantor sudah mulai memakai gadget yang bisa menampung audio atau video,” ujarnya.

Forsimpta, papar Abuzar, menganjurkan beberapa masjid kantor untuk mendokumentasikan kajian dalam bentuk audio dan video. Tujuannya agar orang-orang yang tidak bisa hadir pun bisa mengikuti materi kajian. “Kita ingin mereka yang tidak hadir bisa ikut menikmati juga,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement