REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Asma Nadia
Ada sebuah pemandangan tidak lazim di lorong Stadion Anfield saat Liverpool bertanding melawan Blackburn Rovers 8 Maret lalu. Dua orang Muslim melakukan shalat di waktu jeda istirahat setelah babak pertama berakhir.
Mungkin kejadian ini akan berlalu begitu saja jika tidak ada yang mempermasalahkan. Akan tetapi, seorang fan Liverpool memilih memotret, men-tweet, dan menghinanya sehingga memicu reaksi, terutama dari para netizens. "Muslim berdoa saat istirahat babak pertama kemarin. #memalukan!"
Begitu bunyi cuitan Stephen Dodds yang akhirnya memancing kericuhan di media sosial. Bagaimana Liverpool menanggapinya? The Reds tidak menganggap remeh insiden ini. Klub melaporkan tindakan Dodds ke kepolisian.
Ofisial klub menyatakan, tindakan tersebut dilakukan untuk menegaskan bahwa klub tidak menoleransi segala bentuk diskriminasi terkait dengan ras, jenis kelamin, usia, maupun agama. Klub sepak bola raksasa tersebut menyadari pentingnya menghormati shalat yang merupakan kewajiban umat Islam.
Peristiwa ini melemparkan kenangan saya ketika berkunjung ke sebuah toko kecil di Eropa Timur yang pemiliknya berkebangsaan Serbia—pada tahun 1990-an Serbia dikenal sebagai bangsa pembantai kaum Muslimin Bosnia dalam misi ethnic cleansing yang dilakukan milisi dan militer.
Ketika berada di dalam toko, saya tersadar waktu shalat telah tiba dan akan sulit mencari tempat lain untuk shalat kecuali di toko yang ukurannya tidak lebih besar dari satu petak kecil itu.
Saya minta izin bapak tua pemilik toko untuk menumpang shalat. Dia mengiyakan bahkan menggeser etalase dan kursi agar saya punya cukup ruang.
Lalu tentang wudhu, bapak Serbia itu berkata, "Saya tidak punya kamar mandi, tapi kamu bisa pergi ke restoran di seberang jalan. Katakan pada mereka kamu adalah customer saya untuk menggunakan toiletnya!"
Bapak tua itu sebenarnya bisa berkata, "Ruang saya sempit, tidak ada kamar mandi," untuk menolak permintaan saya shalat. Tapi, ia memilih menolong dan mempermudah.
Kejadian kebalikan justru dialami suami ketika berbelanja ke sebuah toko yang menyediakan solusi perkakas kerja di wilayah Margonda, Depok, Jawa Barat.
Saat itu menjelang Maghrib, suami mampir untuk membeli perkakas sebagai solusi memperbaiki rumah. Karena waktu yang sempit, suami meminta izin ikut shalat di toko tersebut.
Staf di sana bilang ruang shalat hanya ada untuk staf. Lalu staf tersebut minta izin pada supervisor-nya, tapi sang atasan tidak mengizinkan. Suami menegaskan bahwa dirinya pelanggan yang cukup sering datang dan mempunyai daftar belanja banyak sehingga bisa kehilangan waktu shalat jika ia tidak dizinkan menumpang.
Sekali lagi staf minta izin pada supervisor dan ternyata tetap tidak mendapatkan persetujuan. Tidak menyerah, suami memutuskan untuk menemui supervisor di sana. Namun, usaha tetap nihil. Padahal, sang supervisor adalah seorang Muslim.
Akhirnya, suami terpaksa meninggalkan tempat yang tidak memberi solusi untuk mempermudah shalat tersebut dan kemudian menuju toko hardware lain di jalan yang sama. Di tempat ini, pihak toko mengizinkan customer shalat di mushala pegawai.
Saya jadi teringat sebuah tempat mewah di Margonda yang menyediakan mushala sangat tidak nyaman. Toko ini bisa jadi merupakan toko pastry paling mewah di Depok, bahkan mungkin di Indonesia karena cabangnya ada di mana-mana.
Semua kue yang dijual penampilannya mengesankan, sangat artistik, dan gedungnya pun asri dan elegan. Tapi, begitu kita melihat mushalanya sangat sempit, bahkan untuk shalat berdua karena terletak di bawah tangga. Perbandingan yang sangat membuat miris.
Seorang bapak tua Serbia mau bersusah payah menggeser etalase dan kursi untuk menyediakan tempat shalat bagi customer yang bahkan belum berbelanja. Sementara, ada Muslim yang tidak mengizinkan Muslim lain menumpang shalat sekalipun memiliki ruang shalat untuk pegawai dan staf.
Saya jadi teringat sebuah hadis, "Barang siapa yang memudahkan urusan saudaranya di dunia, niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan di akhirat." (HR Muslim). Memudahkan saudara kita, apalagi untuk beribadah, tak hanya merupakan tindakan mulia, melainkan juga akan membuka pintu-pintu kemudahan, pertolongan dari-Nya.