REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Prof Ahmad Syafii Ma'arif, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah mengaku prihatin atas kerapuhan internal umat Islam. Kondisi ini telah mengancam kehancuran negara-negara Islam di dunia.
Syafii Ma'arif mengemukakan hal itu pada seminar di Gedung Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kamis (16/4). Negara-negara Islam yang dinilai telah jatuh di antaranya, Afganistan, Irak, dan Mesir.
Karena itu, kata Syafii, mengharapkan adanya tokoh yang menjadi panutan dan bisa mempersatukan umat Islam. Bila kondisi ini dibiarkan, ia sangat mengkuatirkan kelangsungan umat Islam di masa mendatang.
Indonesia, kata Syafii, juga bakal hancur jika internal umat Islam tidak dibenahi. Keberadaan Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (NU) dinilainya belum bisa diharapkan bisa mempersatukan umat Islam.
Selain itu, keberadaan partai yang berbasis Islam tidak memberikan jaminan. Sebab para politisi Islam Indonesia belum menjadi negarawan. Taraf pemikiran para politisi masih mencari keuntungan bagi dirinya sendiri dan partainya ketika duduk di pemerintahan.
"Di Indonesia, politisi itu masih menjadi mata pencaharian, tidak ada pengabdiannya terhadap negara," tandas Syafii.
Kata Syafii, Indonesia akan menjadi negara yang kuat, jika para politisi telah naik kelas menjadi negarawan. Yaitu, orang yang memiliki jiwa pengabdian kepada bangsa dan negara. Sudah tidak lagi memikirkan mencari keuntungan dari negara.