REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Direktur Pendidikan Rumah Yatim Deni Hidayatullah memaparkan metode multiple intelegence diberlakukan pada sekolah-sekolah Rumah Yatim lebih baik ketimbang sekolah umum. Pihaknya pun membuka pendaftaran bagi masyarakat mampu untuk menyekolahkan anaknya di sekolah Rumah Yatim Arrohman. Namun, tegas dia, Rumah Yatim hanya memberi jatah 20 hingga 40 persen kursi bagi masyarakat mampu.
Pihaknya tetap memprioritaskan penerimaan siswa dari kalangan anak yatim dan dhuafa. Sementara iuran yang digalang dari masyarakat mampu, akan dikembalikan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar sekolah tersebut.
Pada sekolah-sekolah Rumah Yatim disediakan pula program unggulan. Di antaranya ESQ mabit, science project, cooking class, dan pelatihan jurnalistik. Kelak, setelah merampungkan empat lokasi sekolah itu, Rumah Yatim akan kembali menggagas pembangunan sekolah di lokasi baru.
Sebab, Rumah Yatim Arrohman merasa berkewajiban untuk mendongkrak kualitas anak yatim dan dhuafa agar menjadi sumber daya insani yang handal dan profesional. Masih dikatakan Deni, dari ke-18 sekolah yang ditargetkan terealisasi pada 2016, satu di antaranya merupakan sekolah luar biasa.
‘’Khusus di Bandung, keberadaan SLB masih kurang,’’ katanya.
Pada kesempatan terpisah, Direktur Rumah Yatim Nugroho BW menambahkan, tingginya angka kemiskinan saat ini akan berdampak pada kualitas pendidikan anak-anak. Kondisi itu, menurut dia, yang memicu Rumah Yatim fokus mengembangkan program pendidikan.
Nugroho memaparkan, pendidikan merupakan salah satu instrumen pemutus segala persoalan sosial. ‘’Oleh pendidikan, maka rantai persoalan sosial akan bisa diputus,’’ tandasnya.