REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR SERI BEGAWAN -- Sekretaris Kementerian Industri dan Bahan Mentah Brunei, Normah Jamil, melihat industri makanan halal di Inggris belum tersentuh baik oleh industri. Dengan populasi Muslim 1,8 miliar jiwa secara global, Jamil menyebut industri halal bisa mencapai 634 miliar dolar AS.
''Industri halal tidak hanya makanan dan obat, tapi juga produk-produk bioteknologi. Ini produk dengan pertumbuhan terpesat di dunia,'' kata Jamil.
Jamil mengungkapkan, Birmingham membuka kesempatan bagi mereka bekerja sama dengan berbagai perusahaan besar yang sudah terlebih dulu beroperasi di sana. Selain populasi Muslim yang cukup besar, Birmingham menawarkan insentif pajak.
Selain di Inggris, Brunei BioInnovation Corridor juga sudah melirik wilayah Guangxi, Cina, agar bisa memproduksi produk halal bagi populasi Muslim di sana.
Memiliki kesepakatan perdagangan bebas dengan Australia, Selandia Baru, Cina, Jepang dan Korea, Jamil menilai pengembangan industri halal ini berdampak bagus baik di sisi bisnis maupun diplomatik dengan negara-negara itu.