REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi otonom, Wanita Al Irsyad menganggap minimnya pengetahuan membuat perempuan rentan terkena radikalisme. Ketua Wanita Al Irsyad, Fahimah Askar mengungkapkan, pengetahuan agama maupun ilmu secara umum masih kurang dipahami oleh perempuan Muslim terutama di Indonesia.
“Penyebabnya karena minimnya pengetahuan mereka,” ungkap Fahimah saat dihubungi ROL, Kamis (8/4).
Fahimah mengungkapkan, pemahaman umum tentang radikalisme masih kurang dimiliki perempuan. Ini karena, ilmu agama maupun umum yang mereka dapatkan selama ini masih belum komprehensif dipahami. Karena itulah, perempuan Islam di Indonesia pun menjadi mudah terpengaruh paham-paham yang menyimpang.
Agar perempuan tidak rentan kembali, ungkapnya, seluruh elemen masyarakat terutama umat Islam untuk memperhatikan nasib perempuan. Mereka harus dibina pendidikan agama dan pengetahuan umumnya.
Selain itu, Fahimah juga berpendapat, para perempuan juga harus aktif mengikuti banyak kegiatan. Menurutnya, perempuan harus banyak mendengar dan melihat luas pengetahuan yang ada di sekitarnya. “Misalnya, ikut taklim yang bahasannya menjelaskan hal-hal yang sedang gencar dibicarakan masyarakat,” jelasnya.
Menurut Fahimah, pemberian pemahaman secara komprehensif itu sangat penting untuk dilakukan. Ia menegaskan juga bahwasanya pendidikan keluarga juga sangat perlu untuk dikembangkan dalam menghadapi radikalisme. Setidaknya, lanjutnya, ada upaya awal dari keluarga untuk melindugi anak-anak, suami maupun isterinya dari paham yang menyimpang.
Fahimah juga mengaku organisasi otonomnya juga memiliki banyak program untuk perempuan. Menurutnya, kegiatan pendidikan, sosial, ekonomi dan dakwah merupakan hal yang selalu dilakukannya dengan rekan-rekan organisasinya untuk mengembangkan kehidupan perempuan.