Senin 06 Apr 2015 03:35 WIB

Pesantren Ini Ingin Cetak Generasi Pembayar Zakat

Rep: C71/ Red: Indah Wulandari
Zakat tanah dan bangunan.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Zakat tanah dan bangunan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semangat keislaman dan wirausaha harus bersinergi untuk menciptakan kondisi umat Islam yang mampu menjadi para muzakki (pembayar zakat) baru.

“Islam mengajarkan untuk membayar zakat, bukan mencari zakat. Memberi sedekah bukan mencari sedekah,” ujar pengasuh Pesantren Ekonomi Darul Uchwah KH Marsudi Syuhud, akhir pekan lalu.

Seperti diterapkan dalam pesantren yang dibangun sejak 2011 itu yang bercita-cita untuk mencetak para pengusaha.

 

Sesuai ajaran Islam, Marsudi menyatakan pesantren ingin menyebarkan pesan tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Sehingga, para santri didorong agar bisa menjadi generasi pembayar zakat.

 Marsudi menyampaikan, Rasulullah SAW merupakan sosok teladan karena telah mulai berbisnis sejak usia belia.

“Saat ini peluang wirausaha masih terbuka lebar. Jadi mari kita dorong untuk bisa berbisnis dan menjadi pembayar zakat,” ujar Marsudi.

Standar negara maju, ujar Marsudi, yaitu memiliki wirausahawan sebanyak minimal tujuh persen dari total warga negaranya. Singapura salah satu contoh negara tetangga paling terdekat yang sudah mencapai hal itu. Marsudi mengakui, jumlah wirausahawan di Indonesia baru mencapai 1,6 persen.

Pesantren tersebut pun kini tengah mengembangkan usaha reksa dana yang dinamai House of Brotherhood Fund. Upaya menggalang dana investasi tersebut kini sedang dalam tahap pengurusan berkas dan secepatnya akan diluncurkan.

Marsudi berharap, upaya tersebut bisa menjadi lapangan nyata untuk para santri karena bisa bertemu dengan professional yang menyuntikkan dana. 

Dengan visi ekonomi yang mantap bukan berarti santri kehilangan sentuhan pesantren. Kegiatan pesantren pada umumnya tetap menjadi kurikulum dasar.

“Istighotsah dan membaca manaqib seperti ini adalah kekuatan untuk menghubungkan orang,” ujar Sekretaris Jenddral Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ini.

Saat ini, jumlah santri di Pesantren Ekonomi Darul Uchwah terbatas hanya sebanyak 200 orang karena keterbatasan ruang asrama. Marsudi mengaku, pihaknya kini tengah berupaya mengembangkan pesantren tersebut untuk menampung lebih banyak santri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement