Sabtu 04 Apr 2015 08:00 WIB

Al-Farabi Integrasikan Pemikiran Plato dan Aristoteles (2)

Rep: c 24/ Red: Indah Wulandari
patung al Farabi di Kazakhtan
Foto: onislam
patung al Farabi di Kazakhtan

REPUBLIKA.CO.ID,Al-Farabi merupakan filsuf Islam pertama, yang memisahkan antara filsafat dan teologi. Menurutnya, akal manusia merupakan alat untuk berpikir secara filosofis. Sedangkan wahyu merupakan alat agama untuk berpikir secara agamis.

Seperti dilansir dalam laman OnIslam.net, dia mengklaim bahwa filsafat didasarkan pada persepsi intelektual. Sementara agama berdasar pada persepsi ketuhanan.

Dalam bidang filsafat ia diberi gelar dengan al-Mu'allim al-Tsani (Guru Kedua), sedang yang diberi gelar sebagai al-Mu'allim al-Awwal (GuruPertama) adalah Aristoteles.

OnIslam.net mencatat, Al-farabi memiliki hasrat yang besar untuk memahami alam semesta dan manusia. Hal tersebut dilakukanya agar mendapatkan pengetahuan yang koprehensif dalam dunia intelektual dan kemasyarakatan.

Dalam bidang ilmu psikologis Al-Farabi memiliki pandangan bahwa seorang idividu yang terisolasi tidak bisa mencapai kesempurnaan. Untuk mencapai kesempurnaan membutuhkan bantuan dari banyak individu lain yang beragam.

Oleh karena itu, untuk mencapai kesempurnaan, setiap orang harus berinteraksi dan bergaul dengan orang lain.

Al-Farabi beranggapan bahwa manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kecenderungan alami untuk bermasyarakat. Karena manusia tidak mampu memenuhi kebutuhanya sendiri tanpa bantuan pihak lain.

Tujuan hidup bermasyarakat menurut Alfarabi tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan hidup, tapi juga untuk menghasilkan kelengkapan hidup.

Kelengkapan hidup yang dia maksud adalah tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan materi saja tapi juga spiritual. Tidak hanya soal dunia saja tapi juga soal akhirat nanti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement