REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jumlah warga Jepang yang mengikuti tur Masjid Camii Tokyo terus meningkat setiap tahunnya. Kenaikan itu mencapai puncaknya ketika ada warga Jepang yang ditawan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Saat ini, masjid menerima kunjungan 100 orang sepekan ini. Sebelumnya, hanya ada 20 orang.
"Saya menyadari, saya tidak tidak tahu tentang agama Islam. Namun, ketika ada warga Jepang yang ditawan ISIS barulah kami tahu," kata Yuki Obayashi, 22 tahun, mahasiswa sebuah universitas di Tokyo, seperti dilansir Onislam, Rabu (25/3).
Shogeru Shimoyama, salah seorang imam Masjid Camii Tokyo merasakan betapa hausnya warga Jepang akan informasi tentang Islam dan Muslim.
Menurut Asosiasi Muslim Jepang, jumlah masjid di Jepang mencapai 70-80 masjid. Setelah ada warga Jepang ditawan ISIS. masjid di Sapporo, Tokyo, Yokohama, Nagoya, Ichinomiya, Aichi Prefecture, dan Niihama, Ehime menjadi korban serangan Islamofobia.
Masjid Camii Tokyo dibangun 12 Mei 1938. Awalnya, bangunan masjid merupakan sekolah yang dibanguna Muslim Tartar Rusia. Bangunan ini secara langsung dibangun atas arahan Abduressid Ibrahim, imam pertama Masjid Camii Tokyo.
Tahun 1986, masjid sempat rubuh karena kerusakan struktur bangunan. Kemudian, bantuan dari Turki, masjid ini kembali dibangun. Pembangunan masjid selesai tahun 2000 dengan menghabiskan dana 1.5 miliar yen.
Sejak dibuka untuk umum, banyak masyarakat Jepang datang berkunjung. Selama tur masjid, masyarakat Jepang mendapatkan penjelasan tentang Islam dan fungsi masjid bagi umat Islam. Para peserta tur juga diperkenankan melihat secara langsung bagaimana seorang Muslim melaksanakan shalat.