REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sektor pendidikan menjadi pintu utama pencegahan perkembangan masuknya paham radikal ISIS di Indonesia.
"Dengan mengubah kurikulum agama di dunia pendidikan dan pemahaman kepada masyarakat," kata pengamat politik timur tengah dari Universitas Indonesia Smith Alhadad, Selasa (24/3).
Ia mengatakan, ada pendapat di kalangan intelektual yang menganggap kurikulum agama Islam terlalu banyak materi perang zaman dahulu. Ini dikhawatirkan menimbulkan opini negatif di kalangan masyarakat.
Kaum awam, ujarnya, kemudian menganggap bahwa perang memang sesuatu yang harus dilakukan umat Muslim.
Menurutnya, jika memang begitu, perlu perubahan kurikulum yang lebih mengajarkan kasih sayang dalam Islam. Sehingga ada perubahan pandangan bahwa agama Islam lebih menekankan kasih sayang dalam segala tindakan umatnya.
Selain kurikulum pendidikan, ujar dia, untuk generasi bangsa, pengajaran untuk masyarakat juga penting dilakukan.
“Disinilah peran intelektual muslim memberikan pencerahan kepada umat. Mereka diharapkan memberi pandangan terkait ISIS yang telah menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya,” tegas Smith.
Caranya, bisa dilakukan dalam bentuk dakwah dan penyuluhan kepada masyarakat. Bisa juga dalam bentuk fatwa yang harus ditaati oleh masyarakat Indonesia.
Dua hal ini, diharapkan Smith, bisa menekan perkembangan radikalisasi Islam di kalangan masyarakat muslim.