Jumat 20 Mar 2015 13:24 WIB

Ini Adab Berbicara Bagi Seorang Pemimpin

Rep: c 09/ Red: Indah Wulandari
  Presiden RI ketiga BJ Habibie menyalami Rektor Universitas Islam As-Syafi'iyah, Tuty Alawiyah di kediamannya di Jalan Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (8/8).  (Republika/Agung Supriyanto)
Presiden RI ketiga BJ Habibie menyalami Rektor Universitas Islam As-Syafi'iyah, Tuty Alawiyah di kediamannya di Jalan Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (8/8). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sebagai orang yang berwenang memberikan tuntunan bagi orang lain, seorang pemimpin sewajarnya memiliki sikap yang baik. Alquran telah mengajarkan adab seorang pemimpin agar diteladani oleh orang sekitarnya.

“Qaulan Sadida berarti perkataan kita harus benar, harus menyampaikan segala sesuatu dengan kebenaran,” ujar Ketua Umum Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Tuty Alawiyah, Jumat (20/3).

Sikap Qaulan Sadida disebutkan dalam Surah An-Nisa ayat 9. Kemudian, ketika berbicara dengan orang yang lebih tua, yang perlu diterapkan adalah Qaulan Karima seperti dalam Al-Isra’ ayat 23.

“Dalam Qaulan Kariima, kita harus mengeluarkan kata-kata yang baik dan lemah lembut,” jelas Tuty.

Begitu pula ketika berbicara dengan bawahan, maka yang yang dipakai adalah Qaulan Layina yang ada di dalam Surah Thaha ayat 44.

Cara berbicara terakhir adalah Qaulan Ma’rufa yang ada di Surah Al-Baqarah ayat 235, An-Nisa ayat 5 dan 8, dan Al-Ahzab ayat 32. Qaulan Ma’rufa adalah berbicara dengan baik dan tidak menyakiti, ketika berhadapan dengan musuh.

“Qaulan Ma’rufa digunakan juga saat Nabi Musa bertemu dengan Diraun, perkataannya lembut dan tidak kasar,” ucap Tuty.

Tuty berharap pemimpin-pemimpin di Indonesia mampu mengamalkan keempat adab berbicara dalam Islam. Sebab Islam melarang umatnya untuk berkata tidak baik dan merendahkan orang lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement