REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU), KH M Misbahus Salam mengatakan, perlu pembinaan dari pemerintah, termasuk pembinaan terhadap WNI yang ada di luar negeri, baik mereka yang tengah menimba ilmu maupun yang bekerja dengan menekankan pada pembinaan wawasan kebangsaan dan orientasi tentang keindonesiaan. Ini dilakukan guna mencegah pengembangan paham radikalisme.
Selain itu perlu diselenggarakan pembinaan kepada ormas dan kalangan kampus, bahkan kepada napi teroris dan keluarganya seperti melalui pelatihan anti radikalisme-terorisme sebagai langkah strategis guna menguatkan kewaspadaan dini terhadap penyebaran paham radikal dan terorisme.
"Tapi pemerintah tentu tidak bisa sendiri melakukan penanggulangan terorisme dan mencegah radikalisasi yang dilakukan jaringan teroris. Pemerintah perlu mengajak masyarakat, terutama tokoh-tokoh agama dan kalangan media massa dalam upaya menyelamatkan kelangsungan NKRI," tuturnya, Senin (16/3).
KH Misbah juga menjelaskan, dari data yang ada, anak-anak bangsa yang ikut jaringan teroris rata-rata memiliki kelemahan dalam bidang ekonomi serta tidak mempunyai harapan hidup yang cerah. Mereka sangat mudah diajak untuk bergabung dengan kelompok teroris karena adanya janji-janji yang menggiurkan secara ekonomi.
"Karenanya, adalah tugas pemerintah untuk terus berupaya mensejahterakan rakyat Indonesia," katanya sambil menambahkan bahwa pemikirannya itu juga disampaikan dalam diskusi tokoh NU bersama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNTP) dan Densus 88 di Jakarta pada 11 Maret 2015.