REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menegaskan, Islam Nusantara kini mulai diterima dunia, karena Islam Nusantara yang dikembangkan para ulama NU itu bisa bergandengan secara damai dengan siapapun.
"Para ulama Afghanistan, Thailand, Malaysia, Filipina, dan sejumlah negara Timur Tengah juga mulai menyekolahkan anak-anak mereka ke Indonesia untuk belajar Islam ala Ahlussunnah wal Jamaah," katanya dalam sambutan pada Peluncuran Sukses Muktamar ke-33 NU di Gedung PWNU Jatim, Surabaya, Sabtu malam.
Dalam peluncuran yang ditandai dengan istighatsah (doa bersama memohon keselamatan), tahlil, shalawat, dan pagelaran wayang dengan lakon "Nur Kala Kalidasa" oleh dalang Ki Enthus Susmono itu, ia mengaku dirinya juga baru saja menerima penghargaan dari AS sebagai pemimpin dunia nomor 17 yang mewujudkan kedamaian dunia.
"Pak Imam Aziz (salah seorang Ketua PBNU yang kini menjabat Muktamar Ke-33 NU) juga akan segera ke Patani, Korea untuk menerima penghargaan dari negara itu atas prestasi dalam mengembangkan rekonsiliasi dengan beberapa keluarga PKI yang masih hidup," katanya.
Di hadapan Gubernur Jatim Soekarwo, Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Eko Wiratmoko, Kapolda Jatim Irjen Pol Anas Yusuf, ulama dan pengurus cabang NU se-Jatim, ia mengatakan Islam Nusantara (Aswaja) yang dikembangkan para ulama NU merupakan jalan tengah yang menyelamatkan masyarakat dari konflik dari zaman ke zaman.
"Konflik politik Mu'tazilah-Khawarij melahirkan Aswaja (Imam Hasan Al-Basri), konflik antara rasionalitas dan spiritualitas melahirkan Ilmu Kalam (Imam Abu Hanifah), konflik dalam penafsiran Quran dan Hadits melahirkan Ilmu Fiqih dengan Ijmak dan Qiyas (Imam Syafii), serta konflik hakikat dan syariat yang melahirkan tarekat (Imam Ghazali)," katanya.