REPUBLIKA.CO.ID,DENPASAR -- Rizky dan Eri adalah pasangan yang sedang berwisata ke Bali. Pada Sabtu (14/3), mereka mendatangi Mal Galeria di Jalan By Pass Ngurah Rai, satu dari tiga pusat perbelanjaan terbesar di Pulau Dewata.
Waktu Dzuhur tiba, mereka sedikit kebingungan karena harus berputar-putar hanya untuk mencari mushola.
"Letak musholanya jauh dan gelap," ujar Rizky.
Karyawan swasta di Jakarta itu cukup prihatin melihat mushola dan tempat wudhu di mal tersebut yang sangat kontras dengan fasilitas umum lain yang terlihat mentereng.
Lokasinya sempit, hanya berukuran 5x4 meter untuk tiga shaf memanjang dan bersebelahan dengan kantin juga tempat parkir.
Fasilitas wudhu hanya berupa dua pipa keran untuk dipakai bersama, tidak ada toilet, tidak ada batas antara jamaah laki-laki dan perempuan, sehingga ibadah pun harus bergantian yang menyebabkan pengunjung tak sempat berdzikir usai sholat.
Mushola tersebut, kata Rizky, juga panas dan hanya dilengkapi sebuah kipas angin. Sajadahnya sudah lusuh. Meski mukena tergantung rapi, namun berbau apek seperti jarang dicuci. Beberapa Alquran tersimpan di lemari kayu yang ada di sudut ruangan.
Wanita 28 tahun itu menyayangkan banyak pusat perbelanjaan hanya menyediakan satu musala kecil untuk pengunjung yang jumlahnya ribuan. Padahal, sebagian besar pekerja dan pengunjung Muslim di mal itu, khususnya diakhir pekan memerlukan tempat shalat yang nyaman.
Syukurlah tidak semua pusat perbelanjaan demikian. Kondisi berbeda dijumpai Republika ketika mendatangi Mal Beachwalk di Kuta.
Mal tersebut menyediakan tempat sholat nyaman, bahkan ada petugas kebersihannya. Tempat wudhu laki-laki dan perempuan dipisah dengan fasilitas keran dan toilet yang banyak.
Perlengkapan sholat ditaruh di dalam lemari kaca dan digantung rapi, lengkap dengan mushaf Alquran. Ada rak sepatu terbuat dari kotak-kotak kayu, tempat pengunjung bisa menyimpan alas kakinya.
Luas mushola di mal ini bisa diisi hingga delapan shaf memanjang, masing-masingnya empat shaf untuk laki-laki dan perempuan, serta ada pembatas jamaah.
Meski bersebelahan dengan areal parkir, mushola di mal ini terbilang bersih, dilengkapi AC yang membuat nyaman. Juga ada penunjuk waktu shalat lima waktu berupa jam digital.
Di bandara internasional Ngurah Rai saja, kondisi serupa ditemukan. Bandara terbesar di Indonesia Timur itu hanya menyediakan dua mushola di luar bandara, tepatnya di terminal kedatangan domestik.
Delvi (55), warga asal Padang, Sumatra Barat pernah merasakan betapa sulitnya mencari mushola di bandara ini.
Menurutnya, Bali memang bukan daerah yang mayoritas Muslim, namun banyak penumpang Muslim yang membutuhkan musala sebagai fasilitas dasar untuk mereka beribadah.
"Kita juga sudah bayar passenger service charge (PSC) mahal. Tapi, kok mencari mushola saja sulit?" katanya.