Sabtu 14 Mar 2015 09:05 WIB

Sajak-sajak Pertaubatan Abu Nawas

Rep: c24/ Red: Damanhuri Zuhri
Abu Nawas dan Khalifah Harun Ar-Rasyid (ilustrasi).
Foto: d-scene.blogspot.com
Abu Nawas dan Khalifah Harun Ar-Rasyid (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Abu Nawas bertaubat setelah usianya makin lanjut dan mulai tampak kelemahan fisiknya.

Ia mulai sadar dari mabuknya. Abu Nawas berpikir tentang arti hidup dan segala akibatnya, tentang maut dan hari kemudian.

Abu Nawas yakin betapapun manusia melakukan perbuatan dosa, pintu tobat selalu terbuka. Allah Maha Pengampun.

Seorang pengarang produktif tentang kebudayaan Islam Dr. Omar Farrukh yang juga menulis biografi Abu Nawas mengatakan, mungkin juga faktor cintanya yang mendalam pada seorang wanita Bagdad, Jinan, mendorongnya segera bertaubat.

Abu Nawas mencintainya sepenuh hati dan sering dinyatakan dalam sajak-sajaknya. Dengan segala cara penyair itu ingin mendekati Jinan, dan wanita itu pun tampaknya membalas cintanya dengan sembunyi-sembunyi.

Sajak-sajaknya yang ditulis setelah ia bertaubat memang sangat mengharukan. Ia menyesal sekali atas perbutannya yang sia-sia. Shalat lima waktu tak pernah dihiraukan.

Dan hanya kepada Allah, Yang Maha Tinggi ia berdoa memohon pengampunan, seperti yang telah diberikan kepada Nabi Yunus (al-Qalam [68]: 48; as-Saffat [37]: 142).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement