Rabu 11 Mar 2015 05:27 WIB
islamic book fair 2015

Persaingan Sengit Buku-Buku Terbaik (1)

Rep: irwan kelana/ Red: Damanhuri Zuhri
tere liye (kanan) ketika menerima penghargaan dalam Islamic Book Fair 2015 di Istora Senayan Jakarta
Foto: foto: damanhuri zuhri/republika
tere liye (kanan) ketika menerima penghargaan dalam Islamic Book Fair 2015 di Istora Senayan Jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perhelatan Islamic Book Fair (IBF) ke-14 tahun 2015 Ikapi DKI Jakarta baru saja berakhir. Pameran buku Islam tahunan yang diklaim terbesar di Indonesia bahkan Asia Tenggara itu digelar di Istora Gelora Bung Karno Senayan Jakarta, 27 Februari-8 Maret 2015.

Seperti tahun-tahun  sebelumnya, pameran terseut selalu dipadati pengunjung, terutama pada hari Sabtu dan Ahad. Menurut Ketua Panitia IBF ke-14 tahun 2015 M Anis Baswedan, terjadi peningkatan jumlah pengunjung IBF 2015 dibandingkan IBF 2014.

“Jumlah pengunjung IBF 2015 menembus 425 ribu orang, meningkat dibandingkan IBF 2014 yang mencapai 210 ribu orang,” kata Anis Baswedan pada acara penutupan IBF ke-14 tahun 2015 di Istora Gelora Bung Karno Senayan Jakarta, Ahad (8/3) malam.

Banyak catatan penting dan menarik dari pameran yang diikuti 92 penerbit, 16 toko buku dan puluhan stan multiproduk tersebut. Salah satunya adalah pemberian penghargaan buku-buku Islam terbaik yang disebut Islamic Book Award  (IBA).

Ketua Ikapi DKI Jakarta Afrizal Sinaro mengatakan tahun ini Bidang Islamic Book Award Ikapi DKI  menerima sebanyak 305 judul buku dari berbagai penerbit yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. 

“Untuk menjaga obyektivitas dan netralitas, penilaian buku-buku yang ikut berkompetisi dalam IBA Award dilakukan oleh Tim Juri independen. Mereka adalah para pakar di bidangnya,” kata Afrizal.

Tim Juri tersebut dipimpin Rektor PTIQ yang juga mantan Wakil Menteri Agama Prof Dr Nasaruddin Umar. Anggotanya  adalah Adian Husaini, Msi, PhD (Dosen Pasca Sarjana Universitas Ibnu Khaldun Bogor), Dr Ahmad Lutfi Fathullah, MA (Direktur Pusat Kajian Hadits).

Selain itu, Drs Ahmadun Yosi Herfanda, MIT (Ketua Komite Sastra – Dewan Sastra Indonesia), Dra Nina Armando, MSi (Ketua Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial  dan Ilmu Politik Universitas Indonesia), dan  Drs Farid Sagir MDS (Institut Teknologi Bandung).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement