REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wahyu yang pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW ialah iqra yang berarti bacalah. Dari wahyu tersebut, sangat tegas Allah SWT berpesan agar umat manusia diperintahkan untuk terus-menerus menggali ilmu melalui membaca.
Banyak umat Islam sekarang ini sadar betul pentingnya membaca. Ini berdampak pada makin maraknya buku-buku Islami yang bermunculan. Dimulai dari buku fikih, teologi, tasawuf, novel, majalah, bacaan-bacaan kecil, dan lain sebagainya.
Menjamurnya buku buku Islami ini tak disia-siakan Muslim Indonesia. Umat Islam Tanah Air sangat antusias melahap buku-buku Islami yang ada.
Fenomena inilah yang bisa dilihat dari ramainya pengunjung saat diselenggarakannya pameran penjualan buku bernuansa Islam.
Tidak hanya itu, ketika pameran buku nasional pun, jejeran buku-buku Islami mendominasi di dalam stan-stan yang ada. Kini, umat memang dimanjakan dengan pilihan buku-buku Islami yang bervariasi dan bisa didapat dengan mudah.
Selain itu, penerbitan Islam yang ada di Indonesia ini sudah banyak yang berkembang. Buku yang diterbitkan pun bervariasi, mulai dari buku fiksi sampai buku nonfiksi. Apalagi, sekarang ini banyak novel bertema Islami yang laris di pasaran, sebab banyak disukai oleh masyarakat Indonesia.
Tokoh Muslim yang juga Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional Didin Hafidhuddin mengatakan, ajang pameran buku Islam atau Islamic Book Fair (IBF) 2015 hendaknya tidak hanya menjadi wahana berburu koleksi buku-buku Islami.
IBF yang sudah terselenggara selama 14 kali dan diharapkan dapat memberi pengaruh positif terhadap kecintaan umat Islam dan bangsa Indonesia terhadap buku.
“Cinta buku artinya cinta ilmu, cinta membaca, dan cinta menulis. Kalau sudah demikian maka harapan akan kemajuan peradaban akan semakin dekat pada kenyataan,” kata Didin kepada Republika, Jumat (27/2).
Ia mengatakan IBF tak sekadar menjadi ajang pertemuan para penulis dan stakeholder, juga menjadi forum penyadaran secara massif bagi umat tentang pentingnya buku. Apalagi, buku merupakan salah satu jalan untuk membangun peradaban.
“Tanpa buku, tidak mungkin umat akan berkualitas dan tanpa kualitas tidak mungkin kita membangun peradaban,” tutur Didin. Menurut Didin, banyaknya pengetahuan di IBF yang bisa diperoleh merupakan sumbangan terbesar bagi perkembangan umat.
Di kalangan penulis Muslim, IBF juga sudah tidak asing lagi. Misalnya, Asma Nadia, salah seorang penulis paling produktif di Indonesia. Adik dari penulis Helvy Tiana Rosa ini mengaku sudah sangat mengenal IBF.
Bahkan, dia pernah mendapatkan penghargaan dari pameran buku keislaman terbesar di Indonesia tersebut, yaitu sebagai Novelis Islami Terbaik (2008) dan Tokoh Perbukuan Islam IBF 2012.
“Bagi saya, IBF bukan hanya ajang silaturahim penerbit dan penulis Muslim atau dengan pembaca, tapi juga sebuah perayaan yang memotivasi dan memberi semangat insan perbukuan Islam untuk berkarya lebih baik dari waktu ke waktu,” ujarnya.