Selasa 03 Mar 2015 21:20 WIB

Keunikan Masjid YPI Bandung

Rep: Joko Suceno/ Red: Agung Sasongko
Situasi di dalam masjid (ilustrasi)
Foto: Konfrontasi.com
Situasi di dalam masjid (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Keunikan Masjid Jami YPI Bandung,  terdapat pada pilar yang berada di tengah-tengah ruangan. Pilar yang berjumlah lima buah ini, terbuat dari kayu utuh dan dilapisi dengan tembok. Kondisi pilar tersebut tak pernah berubah sejak berdiri hingga sekarang ini.

Bendahara Masjid H Syamsudin, mengaku tidak tahu persis jenis kayu apa yang digunakan untuk pilar berdiameter 40 x 40 sentimeter tersebut. ‘’Saya tidak tahu persis jenis kayunya. Yang jelas kayu tersebut kayu gelondongan,’’kata dia yang sudah puluhan tahun menjadi pengurus masjid tersebut.

Sejarah masjid ini tak lepas dari peran KH Udung yang berkawan dekat dengan M Natsir dan HZ Mutaqien. Pada tahun 1950, kata dia, KH Udung berhijrah dari Pesantren Cikoneng ke Jl Muhammad. Kepindahan Mama Ajengan ke kawasan tersebut tidak lain untuk syiar agama Islam. Setelah menempati sebuah lahan hibah dari pemerintah daerah, almarhum KH Udung yang meninggal dunia dalam usia 78 tahun mendirikan sebuah pesantren Yayasan Pendidikan Islam. Selain membangun pesantren, almarhum juga membangun masjid jami.

Setelah puluhan tahun menjadi pusat kegiatan agama Islam, KH Udung akhirnya memindahkan pesantren tersebut ke kampung halamannya di Cikoneng, Ciparay. Sementara lokasi bekas pesantren tersebut tetap digunakan oleh ketiga anaknya. 

‘’Dulu tempat ini adalah pesantren YPI. Namun kemudian dipindahkan ke Cikoneng sekitar tahun 1987. Sekarang aset yayasan digunakan untuk pendidikan formal mulai dari SD, SMP, dan SMA dibawah naungan yayasan Pendidikan Islam,’’tutur dia.

Menurut H Yunus Haryono, Masjid YPI menjadi satu-satunya masjid jami di RW ini. menurut dia, ada empat  masjid lainnya di wilayah RW ini. Dari empat masjid tersebut, Masjid YPI menjadi masjid utama dan digunakan untuk shalat Jumat.

Ia mengatakan, sebagian besar jamaah shalat Jumat di masjid ini adalah karyawan sejumlah perusahaan yang ada di sekitar lokasi tersebut. Ia mengatakan, kawasan dimana masjid ini berdiri kini sudah berkembang pesat dan menjadi salah satu pusat bisnis di Kota Bandung.

‘’Ada tiga pintu masuk utama di kecamatan ini. yaitu Bandara Husein, dan pintu Tol Pasteur,’’kata dia.

Meski masjid ini tergolong tua, lanjut Yunus, namun tetap masih digunakan untuk kegiatan ibadah. Ia mengakui beberapa bagian masjid ini sudah mulai lapuk. Yang paling parah adalah bagian atap masjid yang sudah mulai rusak.

Ia mengaku pengurus masjid belum bisa melakukan perbaikan secara maksimal atas bangunan tersebut. ‘’Persoalannya anggaran. Kita tak memiliki dana lebih untuk merenovasi. Kalau untuk perbaikan kecil rutin kita lakukan,’’tutur dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement