REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diawal pelaksanaanya, panitia Islamic Book Fair sempat ragu apakah IBF diramaikan pengunjung atau tidak. Keraguan muncul karena penerbit buku Islam yang bergabung sedikit, yakni 75 penerbit.
Masalah lain, panitia juga kesulitan dana dan sponsor sehingga hanya bisa menyewa bagian luar dari Istora Senayan. “Hal-hal yang membuat kita tidak yakin bahwa IBF akan berjalan dengan lancar juga salah satunya adalah, karena kami tidak yakin saat itu banyak pengunjung yang akan datang,” ungkap Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) Jakarta, Jumat (27/2).
Afrizal mengungkap guna menyiasati kehadiran pengunjung setiap panitia menghadirkan ibu-ibu majelis taklim untuk datang ke acara IBF dengan membantu menyewakan metromini. Sehingga pengunjung IBF pertama saat itu ramai oleh ibu-ibu pengajian.
“Waktu itu karena diresmikan oleh Wakil Presiden, Hamzah Haz, kami mencoba agar pengunjung IBF terlihat seramai mungkin. Kesediaan Wakil Presiden untuk datang pun kami dapat melalui jalur partai,” ungkap Afrizal.
Namun Afrizal mengaku terkejut karena ternyata respon dari masyarakat sangat luar biasa sejak hari pertama hingga hari terakhir. Hingga tahun-tahun berikutnya, IBF selalu mengalami peningkatan dari segi peserta pameran dan pengunjung.
“Dari semangat dan kekompakan kawan-kawan kali itu, Alhamdulillah acara bisa terselenggara dengan baik, karena kami merasa yakin IBF ini bisa besar dan berkembang kalau kita semua penerbit buku Islam merasa saling memiliki,” paparnya.