REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Prihatin terhadap kondisi pemulung baik dari segi ekonomi dan agama, Yayasan Media Amal Indonesia (MAI) mendirikan asrama untuk yatim dan dhuafa di daerah Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Para dhuafa dari kalangan pemulung, lebih banyak yang tinggal di asrama tersebut.
Ketua yayasan MAI, Ustaz Aslih Ridwan mengungkapkan yang melatarbelakangi pembinaan para pemulung, karena munculnya disorientasi di kalangan dai. Menurut ustaz yang aktif memberi ceramah di Bens Radio ini, kini muncul di kalangan dai tak mau turun ke bawah.
"Sekarang muncul disorientasi di kalangan dai yang hanya mau tampil di kalangan elitis. Berbeda dengan pastur yang mau turun ke bawah. Pradigma seperti itu harus diubah. Para pemulung juga harus dirangkul," jelas Ustaz Asliha.
Ustaz Aslih menyangankan dai yang hanya mau datang bila ada undangan atau panggilan berdakwah. ''Dai harusnya jemput bola karena banyak permasalahan umat yang terjadi di kalangan bawah,'' kata Ustaz Aslih mengingatkan.
Melakukan pembianaan terhadap para pemulung juga dimaksudkan untuk mengurangi permasalahan. Ia menyebutkan, permasalahan yang dihadapai pemulung adalah kemiskinan. Untuk mengatasi kemiskinan maka dengan pendidikan.
''Di MAI ada progam yang mendukung hal tersebut yakni haqku, yakni menghapal Al-Quran dan kuliah,'' paparnya menjelaskan.
Menurut Ustaz Aslih, para pemulung dan anaknya tetap bisa mencari nafkah pagi hingga siang dan sorenya baru belajar di Yayasan MAI. Diharapkan anak pemulung yang bisa menyelesaikan kuliahnya mampu mengubah kehidupan pribadi dan keluarga.