REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Menurut Syafril, membaca terus-menerus kemudian dihafal merupakan metode yang cocok untuknya. Biasanya hafalan dimulai dengan membaca berulang-ulang satu halaman ayat setiap subuh dan pagi.
Bacaan itu kemudian dihafal-hafal sembari diingat-ingat pada waktu menjelang Ashar. Terus begitu sampai berulang-ulang. Laki-laki yang pernah menjadi santri teladan ini berpendapat metode ini sangat berhasil untuk digunakannya.
Selama tiga tahun belajar di Pesantren Makassar, Syafril berhasil menguasai 20 juz. Lulus dari pesantren tidak lantas membuat Syafril puas. Hatinya masih haus akan ilmu-ilmu agama.
Dia pun memutuskan melanjutkan mempelajari Alquran di salah satu psantren besar di Tangerang, yakni Pesantren Tahfiz Daarul Qur’an. Tempat ini dipilihnya berdasarkan saran kedua orang tua yang paling dicintainya.
Waktu terus bergulir. Metode menghafal Alquran saat di Makassar kembali dia praktikkan saat di Daarul Qur’an. Akhirnya, dia berhasil menguasai 10 juz Alquran yang sebelumnya tidak terhafal.
Hebatnya lagi, Syafril berhasil menguasai juz-juz tersebut hanya dalam waktu setahun. Kondisi ini tentu sangat berbeda seperti yang dialaminya di Makassar. “Saya juga bingung mengapa di sini lebih cepat menguasai dan menghafal Alquran,” ujar Syafril penuh syukur.
Kebanyakan orang mungkin merasa terbebani saat berusaha menghafal Alquran. Apalagi, orang tersebut memiliki beban berat lainnya, seperti harus menguasai ilmu-ilmu lainnya. Namun, beban berat itu tidak dirasakan oleh Syafril.
Dia begitu menikmati setiap aktivitas yang ia jalani di Pesantren Daarul Qur’an. Menurut Syafril, baik ilmu akademik maupun ilmu Alquran yang dipelajarinya, sama-sama memberikan hasil yang cukup memuaskan.
Fokus merupakan cara meraih keberhasilan dalam memahami kedua hal tersebut. Menurutnya, cukup dengan cerdas membagi waktu dan kondisi saja untuk menghadapi dua hal tersebut. “Intinya sih, kalau kita mengutamakan Alquran, segalanya akan terasa mudah,” katanya.
Syafril merasa keberhasilannya tidak lepas dari orang-orang yang dicintainya. Menurutnya, ada kekuatan besar yang menjadi pemicu dirinya mempelajari ilmu Allah SWT, yakni orang tua dan guru. Dia bahkan memiliki moto hidup: “Jangan pernah melupakan dua jasa terbesar di dunia kesuksesan,” kata Syafril.
Peran orang tua dan guru sangat besar bagi Syafril dalam menghafal Alquran. Bahkan, dia menegaskan, mereka merupakan harta yang paling berharga dalam hidupnya. Oleh karena itu, setiap menjalani sesuatu, Syafril mengaku selalu khawatir tindakannya itu akan mengecewakan orang tuanya.
Syafril mengungkapkan, ia benar-benar tidak ingin membuat hati orang tuanya kecewa dan sedih. Maka dari itu, dia selalu berusaha untuk melakukan tindakan apa pun dengan sebaik mungkin.
Rasa cinta Syafril terhadap kedua orang tuanya begitu besar. Sampai-sampai dia memilih tema orang tua sebagai bahan penelitiannya dalam lomba karya ilmiah remaja (KIR). “Saya memilih tema orang tua,” ucap Syafril semringah.